Monday, April 23, 2012

GETOK TULAR DALAM DUNIA PENDIDIKAN



Pemasaran masih terasa asing, bahkan terdengar tabu bagi dunia pendidikan. Konotasi pemasaran yang kental dengan dunia bisnis, jauh berbeda dengan dunia pendidikan yang penuh idealisme. Namun aktivitas pemasaran secara tidak sadar telah dilakukan dunia pendidikan, khususnya lembaga pendidikan formal, seperti mengumumkan penerimaan siswa/mahasiswa baru melalui media cetak atau dengan mencetak brosur. Dengan persaingan antarlemabaga pendidikan formal yang semakin ketat, pemasaran sekolah mutlak dilakukan agar sumber daya yang ada baik finansial maupun manusia dapat ditata seefisien mungkin. Caranya dengan merencanakan strategi yang akurat dan tajam. Salah satu cara efektif pemasaran lembaga pendidikan formal yang menawarkan jasa pendidikan seperti sekolah dan universitas yaitu lebih mengarah pada the words of mouth (getok tular) layaknya pemasaran suatu produk. Langkah ini lebih efektif dan dipercaya konsumen.
Biasanya pemasaran dilakukan produsen agar produknya lebih dikenal sehingga konsumen mau mencoba dan hal ini bisa dilakukan melalui berbagai cara, misalnya dengan menggunakan jasa periklanan, promosi, penjualan langsung, penjualan personal, menjadi sponsor, dsb. Apabila konsumen sudah yakin akan pilihannya maka konsumen tersebut akan menjadi pembeli dan bersifat loyal. Namun melakukan pemasaran tidak mudah di tengah ketatnya persaingan. Langkah awal sebelum memulai aktivitas pemasaran meliputi segmentasi, targeting dan positioning (STP) yang menentukan langkah-langkah pemasaran. STP hampir sama halnya dengan 3 prinsip dasar pemasaran yang meliputi pengenalan mengenai siapa konsumen kita, mengenali siapa pesaing kita dan tentunya mengenali diri sendiri.
Dalam dunia pendidikan misalnya untuk memasarkan sebuah sekolah atau universitas, langkah awal yang ditempuh adalah menentukan terlebih dahulu siswa dari sekolah asal mana yang menjadi sasaran. Dalam segmentasi harus jelas geografisnya, demografis dan psikografis yang erat kaitannya dengan gaya hidup. Namun basic quality sekolah harus terjaga dan harus bisa dipersepsi oleh konsumen, bisa atau tidaknya persepsi yang baik keluar dari mulut konsumen. Diferensiasi yang dipilih harus dibutuhkan oleh konsumen, karena hal inilah yang merupakan suatu nilai unggulan. Hal ini akan efektif bila dipasarkan melalui getok tular. Dengan getok tular maka sekolah/universitas dapat lebih dipercaya dan hal ini lebih efektif. Mengapa efektif? Hal ini bisa digambarkan misalnya, apabila alumnus atau keluarga merasa puas dengan sekolah atau universitas yang menjadi pilihan tempat untuk menuntut ilmu maka mereka akan menceritakan kepada tiga orang. Namun apabila merasa tidak puas maka mereka akan bercerita kepada sebelas orang. Oleh karena itu pemasaran melalui getok tular termasuk cara yang efektif karena melalui getok tular, pihak yang menceritakan atau mengenalkan keunggulan sekolah atau universitas akan lebih bisa dipercaya dibandingkan dengan pihak lembaga pendidikan itu sendiri. Jika lembaga pendidikan seperti sekolah atau universitas yang mengiklankan lembaganya maka target sasaran akan berfikir bahwa masih ada unsur subjektivitas. Berbeda apabila yang menceritakan adalah pihak ketiga yang sudah pernah mencoba ”produk”nya.
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam getok tular lembaga pendidikan formal adalah bagaimana mengekspos value yang dimiliki. Saat ini terdapat sekolah-sekolah gulung tikar akibat kekurangan siswa, atau universitas yang kalah bersaing dengan universitas lain. Para siswa lebih memilih sekolah yang lebih mapan walaupun harganya mahal daripada sekolah yang mungkin tidak banyak didengar oleh publik. Begitu juga dengan universitas. Maka langkah yang harus dipikirkan adalah bagaimana membuat masyarakat dapat tertarik dengan sekolah/universitas sehingga memilih sekolah/universitas kita dan tidak memilih sekolah/universitas lain. Kuncinya yaitu pada komunikasi misalnya dengan adanya spanduk yang menjelaskan atau mengekspos tentang value sekolah seperti apa saja yang telah diraih mauoun fasilitas. Pendekatan dasar value adalah sumber daya. Dalam pemasaran sekolah pastilah tidak terlepas memikirkan apa yang membedakan sekolah kita dengan sekolah unggulan yang lain. Bila telah menemukannya berarti kita telah menemukan sumber daya kita dan sumber daya yang lain, sehingga kita dapat mencegah pesaing kita untuk meniru. Sumber daya contohnya bangunan sekolah yang baik, guru berwawasan luas, memiliki fasilitas seperti laboratorium, perpustakaan dan arena olahraga, serta sumber daya lainnya.

Pemasaran Getok Tular
Mengapa banyak orang memilih sekolah favorit dibanding sekolah lain yang memiliki fasilitas sama? Salah satu faktor penyebabnya mungkin adalah sekolah tersebut merupakan rekomendasi dari seorang teman yang mengatakan bahwa sekolah favorit itu baik dan berkualitas. Lalu setelah lulus dari sekolah favorit tersebut, tidak jarang orang turut mengatakan kepada orang lain bahwa almamaternya memang istimewa dengan segala keunggulan yang dimilikinya. Maka orang lainpun mencoba menyekolahkan anak atau merekomendasikan sekolah favorit tersebut kepada orang lainnya lagi. Dapatkah kita bayangkan berapa saja orang yang memilih sekolah favorit dengan cara yang lazim  dikenal sebagai word of mouth (getok tular) ini?
Words of mouth dianggap sebagai kekuatan yang patut diperhitungkan. Sebuah penelitian yang dilakukan di amerika serikat menunjukan bahwa 80% dari pilihan pembeli terjadi karena adanya rekomendasi dari orang lain. Thomas Bonama, Seorang guru besar tentang ilmu pemasaran di Harvard Business School, berkata bahwa words of mouth adalah suatu pengaruh yang sangat kuat, tetapi justru jarang diteliti. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Hifni Alifahmi (2005), bahwa dari sekian banyak teknik komunikasi pemasaran, ada satu teknik yang seakan-akan disepelekan atau malah terlupakan. Padahal sejumlah pakar seperti Wilson dan Regis McKenna mengakuinya sebagai teknik yang terbukti paling ampuh.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pemasaran melalui getok tular meliputi: pertama, memiliki produk atau jasa yang bagus agar bisa menjadi bahan cerita berantai atau berita positif. Apabila konsumen dikecewakan dengan produk atau jasa yang kurang bagus maka hal ini justru akan merusak citra perusahaan. Prinsip pertama ini perlu diperkuat lagi dengan prinsip lain, yaitu pelayanan yang bagus juga. Apabila produk yang ditawarkan suatu perusahaan bagus tetapi pelayanan (misalnya keluhan untuk konsumen) jelek maka konsumen akan kecewa dan akan berfikir ulang untuk menggunakannya lagi. Hal ini dapat kita lihat di keluhan konsumen di surat-surat kabar. Seringkali konsumen yang kecewa dengan pelayanan menulis tidak akan menggunakan produk yang mengecewakan itu lagi.
Prinsip lainnya adalah prinsip 3:33. Artinya dari tiga orang yang menyebarkan cerita positif, ada 33 orang lain yang menyebarkan berita negatif. Cerita atau berita getok tular bukan hanya melalui komunikasi langsung tatap muka atau melalui telepon, tetapi kini bisa melalui surat pembaca, pembahasan studi kasus di kampus, presentasi dengan klien atau rekanan, diskusi dalam seminar, perbincangan di radiao atau televisi, berita di media massa, ulasan pengamat, analisis atau contoh yang ditulis dalam buku, surat elektronik (email) atau melalui media internet, dsb. Statistik komunikasi getok-tular mencatat, rata-rata cerita positif menyebar dari satu orang kepada tiga orang, sementara berita negatif dari satu orang kepada sebelas orang atau dari tiga sumber kepada 33 orang. Bila dari sebelas orang itu rata-rata menyebarkan cerita lagi masing-masing kepada tiga orang, maka dari tiga orang orang saja berita negatif bisa menyebar ke 132 orang (3x11) + (33x3). Jumlah itu makin bertambah lagi kalau dihitung penyebaran selanjutnya. Namun perlu diingat, hanya 4% konsumen yang melaporkan kekecewaannya, sementara 96% lainnya sama sekali tidak mengeluhkan kepada perusahaan, atau diam saja. Bayangkan bila sebagian besar konsumen yang kecewa melapor, amak penyebaran melalui getok tular tentu makin dahsyat.
Ada satu prinsip penting lainnya yang perlu diterapkan dalam pemasaran getok tular, yaitu berusaha melampaui harapan konsumen, jangan hanya sebatas membuat mereka puas. Prinsip penting lainnya adalah dengarkan apa yang dikatakan orang kepada (misalnya karyawan), berikan penghargaan kepada karyawan yang menyebarkan berita positif, tunjukkan kepada konsumen bahwa kita benar-benar ingin tahu keluhan mereka, binalah konsumen yang loyal untuk menjadi maskot andalan untuk penyebaran cerita positif, serta tunjukkan komitmen dan teladan dari atasan. Selain melalui karyawan atau konsumen
           

Source :
Rahmat Susanta (Majalah Marketing Edisi November 2004)
http://scylics.multiply.com/journal/item/53
http://www.suaramerdeka.com/harian/0702/05/kot12.htm
http://www.unika.ac.id/warta/06022007.htm
http://shineariyanto.multiply.com/journal/item/7/TEORI_GETOK_TULAR


1 comment: