Thursday, May 26, 2011

Etnis Tionghoa

Etnis Tionghoa itu keberadaannya di Indoensia cukup banyak dan memiliki peranan yang cukup penting bagi masyarakat Indonesia.

Berikut salah satu sejarah kedatangan etnis Tionghoa di Indonesia, khususnya Bandung, Jawa Barat.

Etnik merupakan konsep yang pekat dari sisi pemahaman proses sosial. Istilah ‘etnik’ diserap dari kata dalam Bahasa Inggris ‘ethnic’ yang secara harfiah bermakna “connected with or relating to different racial or cultural groups of people” (Salim,2006:64). Kata etnik (ethnic) berasal dari bahasa Yunani, ethnicos yang secara harfiah digunakan untuk menerangkan keberadaan sekelompok penyembah berhala atau kafir. Dalam perkembangannya, istilah etnik mengacu pada kelompok yang diasumsikan sebagai kelompok yang fanatik dengan ideologinya (Liliweri,2001:334). Kata ethnos dalam masa Yunani Antik digunakan untuk menunjuk kelompok-kelompok bukan Yunani yang berada di pinggiran asing dan sedikit barbar.[1]



Etnis juga merujuk pada dugaan mengenai ciri budaya yang membedakan seseorang dengan orang lain. Dengan demikian etnis merujuk pada orang-orang yang mengidentifikasikan diri satu sama lain atas dasar keturunan dan warisan budaya bersama. Rasa kebersamaan ini dapat berpusat pada bangsa asal, makanan, busana, bahasa, musik, agama, atau nama dan hubungan keluarga. Frederik Barth (1988) dan Zastrow (1989) mendefinisikan etnik sebagai himpunan manusia karena kesamaan ras, agama, asal usul, bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut yang terikat pada sistem nilai budayanya (Liliweri,2001:335).



Para ahli ilmu Sosial menganalogikan kelompok etnik sebagai sekelompok penduduk yang mempunyai kesamaan sifat-sifat kebudayaan, misalnya bahasa, adat istiadat, perilaku budaya, karakteristik budaya, serta sejarah (Aloliliweri,2001:334). Jadi istilah kelompok etnik merupakan konsep untuk menerangkan suatu kelompok, baik kelompok ras maupun bukan kelompok ras yang secara sosial dianggap berada dan telah mengembangkan subkultur sendiri.



Indonesia banyak memiliki kelompok etnis yang masing-masing mempunyai ciri khas tersendiri. Salah satu kelompok etnis di Indonesia adalah kelompok etnis Tionghoa. Tionghoa (dialek Hokkien dari kata [中華], yang berarti Bangsa Tengah; dalam Bahasa Mandarin ejaan Pinyin, kata ini dibaca ”zhonghua”) merupakan sebutan lain untuk orang-orang dari suku atau ras Tiongkok di Indonesia.[2] Wacana Tionghoa (zhonghua atau cung hwa) setidaknya sudah dimulai sejak tahun 1880, yaitu adanya keinginan dari orang-orang di Tiongkok untuk terbebas dari kekuasaan dinasti dan membentuk suatu negara yang lebih demokratis dan kuat.



Dr. Sun Yat-sen, yang merupakan Bapak Revolusi Cina, mengenalkan kata Tionghoa pertama kali secara luas dengan mendirikan Republik Cina (中華民國, Zhonghua Minguo) pada tahun 1911 setelah menggulingkan Dinasti Qing. Kemenangan Revolusi Cina ini memberi inspirasi terhadap perjuangan dan kebangkitan nasional di Indonesia. Mao Zedong juga meneruskan penggunaan kata Zhonghua untuk negara Republik Rakyat Cina (中華人民共和國, Zhonghua Renmin Gongheguo) yang diproklamasikan pada tahun 1949.[3]



Tiong Hoa Kwee Koan (Rumah Perkumpulan Tionghoa) merintis penggunaan istilah Tionghoa di Indonesia yang mengacu kepada masyarakat keturunan Tionghoa. Sejarah pemakaian kata ”Tionghoa” berawal di kalangan perkumpulan Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) Batavia pada tahun 1900. Pada saat itu istilah ”Tjina” atau “Tjienna” yang dipakai sejak lama mulai dianggap merendahkan. Pada tahun 1928 Gubernur Jendral Hindia-Belanda secara formal mengakui penggunaan istilah “Tionghoa” dan “Tiongkok” untuk berbagai keperluan resmi.[4] Budiman (1998) sebagai orang keturunan Cina, seperti dikutip oleh DP. Budi Susetyo, mengakui bahwa di kalangan orang Cina sendiri ada keinginan kuat untuk mengganti istilah Cina dengan Tionghoa, terutama setelah kejatuhan Soeharto dan Orde Barunya.[5]



[1] Ignas Kleden. 2001. Konflik Etnis atau Konflik Politik?. Melalui <http://majalah.tempointeraktif.com/id/cetak/2001/12/31/KL/mbm.20011231.KL86931.id> html [6/11/09]
[2] Wikipedia bahasa Indonesia. (tanpa tahun). Tionghoa. Melalui  <http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa.htm> [6/11/09]
[3] Ibid
[4] Wikipedia bahasa Indonesia. (tanpa tahun). Tiong Hoa Hwee Koan. Melalui <http://id.wikipedia.org/wiki/Tiong_Hoa_Hwee_Koan.htm>  [6/11/09]
[5] DP. Budi Susetyo, ibid

audit komunikasi


AUDIT KOMUNIKASI

Organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai kepentingan atau tujuan tertentu. Orang-orang tersebut bekerja sama melakukan berbagai kegiatan organisasional dengan cara berinteraksi dan berkomunikasi. Maka dari itu komunikasi yang efektif menjadi faktor yang penting bagi pencapaian tujuan suatu organisasi baik organisasi bisnis maupun nonbisnis. Menurut Andre Hardjana, penyelenggaraan sistem komunikasi yang efektif merupakan keharusan bagi suatu organisasi (2000:x).
Menurut Emerson, ”Komunikasi yang dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan oleh komunikator adalah komunikasi yang dikatakan efektif” (Sunarjo, 1995 : 72-73). Membangun dan memelihara sistem komunikasi yang efektif tersebut adalah fungsi pokok eksekutif perusahaan atau organisasi (Andre Hardjana, 2000:x). Untuk dapat mengetahui apakah kegiatan atau program komunikasi yang dilakukannya itu efektif (berhasil mencapai tujuan dan sasaran organisasi) atau tidak serta untuk mengukur kinerja dan kualitas eksekutif, pejabat, dan staf komunikasi maka eksekutif harus melakukan audit komunikasi atas proses-proses komunikasi yang terjadi dalam organisasinya secara berkala. Dengan melakukan audit komunikasi, segala hambatan komunikasi dan gangguan yang menyebabkan macetnya aliran informasi dan peluang yang terlewat dapat diketahui sehingga diperoleh cara yang dapat meningkatkan dampak yang dikehendaki sehingga organisasi atau perusahaan dapat mempertahankan hidup bahkan kesuksesannya di tengah persaingan global yang makin keras.

Definisi Audit Komunikasi
Berdasarkan definisi-definisi audit di atas, terdapat beberapa hal penting, yakni: Pertama, audit adalah proses yang sistemik, artinya pemeriksaan dan pengujian data oleh auditor dilakukan secara terencana, teratur dan metodologis. Kedua, audit adalah perolehan dan penilaian secara objektif atas bukti-bukti. Artinya audit merupakan suatu penelitian atau pemeriksaan empiris yang independent. Ketiga, audit adalah penentuan tingkat kecocokkan antara pernyataan dengan kriteria-kriteria yang mapan. Artinya audit merupakan wujud dari penentuan atau penilaian profesional dengan kriteria yang sudah baku. Keempat, audit dilengkapi dengan pengkomunikasian hasil-hasilnya kepada semua pihak pengguna yang berkepentingan. Hal ini berarti hasil evaluasi tersebut terbuka bagi pihak-pihak yang seharusnya mengetahuinya.(Andre Hardjana, 2000:6).
Berdasarkan hal-hal di atas audit dikembangkan ke berbagai bidang, seperti audit pemasaran, manajemen, organisasi, dan termasuk pada bidang komunikasi. Jadi konsep audit tidak hanya digunakan untuk bidang keuangan. Hal ini bisa dilihat dari Webster’s New world Dictionary, yang mengartikan audit salah satunya sebagai “pengujian dan evaluasi seksama atas sebuah persoalan sehingga komunikasi sebagai suatu persoalan organisasi juga dapat diaudit”.(Andre Hardjana, 2000:6-7).
Dari definisi-definisi dan penjelasan-penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa audit merupakan proses pengujian atau evaluasi suatu persoalan secara sistemik, terencana, teratur dan metodologis, objektif bedasarkan bukti, menggunakan kriteria baku yang sudah ditetapkan sebelumnya dan audit dilengkapi dengan pengkomunikasian hasil-hasilnya kepada semua pihak yang berkepentingan. Beberapa definisi audit komunikasi antara lain:
1.        Menurut Jane Gibson dan Richard Hodgetts dalam Organizational Communication: A Managerial Perspective (Andre Hardjana, 2000:10) adalah ”suatu analisis yang lengkap atas sistem-sistem komunikasi internal dan eksternal dari suatu organisasi”.
2.        Menurut Joseph A. Kopec, seperti yang dikutip cutlip, Center dan Broom (Ngurah Putra, 1998:26) menyatakan audit komunikasi ”sebagai sebuah analisis lengkap tentang komunikasi organisasi baik internal maupun eksternal yang dirancang untuk memahami kebutuhan, kebijakan, praktek dan kemampuan komunikasi, dan untuk menemukan data sehingga manajemen puncak dapat membuat keputusan yang ekonomis dan berdasarkan informasi lengkap tentang tujuan kedepan komunikasi organisasi”.
3.        Anthony Booth, mendefinisikan audit komunikasi sebagai ”proses pembuatan analisis atas komunikasi-komunikasi didalam organisasi oleh konsultan internal atau eksternal dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi organisasi”. Dengan pembatasan ruang lingkup pada komunikasi internal saja dan efisiensi, yang umumnya memiliki arti jangka pendek, menunjukkan kalau audit komunikasi sebaiknya dianggap sesuatu yang mudah untuk ditangani dan perlu dilakukan berulang-ulang secara teratur (Andre Hardjana, 2000:11-12).
Secara sederhana audit komunikasi diartikan sebagai suatu bentuk evaluasi menyeluruh terhadap proses komunikasi suatu lembaga atau perorangan. Audit Komunikasi biasanya dilakukan untuk mengukur efektivitas suatu kegiatan atau program komunikasi. Jika digambarkan maka skemanya adalah sebagai berikut:
audit3.jpg            Konsep audit komunikasi sebagaimana ditawarkan Gerald Goldhaber adalah “pemeriksaan diagnosis yang dapat memberikan informasi dini untuk mencegah kehancuran dari kesehatan organisasi yang lebih besar” (Hardjana, 2000). Pemeriksaan diagnosis tersebut berupa kajian mendalam serta menyeluruh tentang sistem komunikasi keorganisasian yang terdiri dari dua bagian yang saling berkaitan, yakni komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Karena itu, di samping audit komunikasi internal organisasi, audit Public Relations juga menyangkut audit corporate image, yaitu mengetahui persepsi masyarakat terhadap kinerja dan personaliti organisasi atau perusahaan.
Tujuan dan Alasan Penyelenggaraan Audit
Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa penyelenggaraan audit komunikasi bermanfaat bagi kelangsungan dan efektivitas komunikasi dalam organisasi, yakni :
a.    Mengetahui apakah dan di mana terjadi kelebihan (overload) atau kekurangan (underload) muatan komunikasi berkaitan dengan topik, sumber dan saluran komunikasi
b.    Menilai kualitas informasi dan mengukur kualitas hubungan-hubungan komunikasi secara khusus mengukur kepercayaan antarpribadi (trust), dukungan, keramahan, dan kepuasan kerja
c.    Mengenali jaringan-jaringan yang aktif operasional komunikasi non formal dan membandingkannya dengan komunikasi formal
d.    Mengetahui sumber-sumber kemacetan (bottleneck) arus informasi dan para penyaring informasi (gatekeeper) dengan memperbandingkannya dengan peran masing-masing dalam jaringan komunikasi
e.    Mengenali kategori dan contoh pengalaman dan peristiwa komunikasi yang positif maupun negatif
f.     Menggambarkan pola-pola komunikasi pada tingkat pribadi, kelompok maupun organisasi berkaitan dengan komponen komunikasi, frekuensi dan kualitas interaksi
g.    Memberikan rekomendasi tentang perubahan atau perbaikan yang perlu dilakukan (Andre Hardjana, 2000:16-17).
Sedangkan alasan-alasan diselenggarakannya audit komunikasi antara lain:
1.    Untuk mengetahui apakah program komunikasi berjalan dengan baik
2.    Ingin membuat diagnosis tentang masalah yang terjadi atau berpotensi dan peluang yang mungkin terbuang
3.    Ingin melakukan evaluasi atas kebijakan baru atau praktek komunikasi yang terjadi
4.    Ingin memeriksa hubungan antara komunikasi dengan tindakan operasional lain
5.    Ingin menyususn anggaran kegiatan komunikasi
6.    Ingin menetapkan patok banding
7.    Ingin mengukur kemajuan dan perkembangan dengan membandingkannya dengan patok banding tadi
8. Ingin mengembangkan atau melakukan restrukturisasi fungsi-fungsi komunikasi
9.    Ingin membangun landasan dan latar belakang guna mengembangkan kebijakan dan program komunikasi baru (Andre Hardjana, 2000:17-18).
Pendekatan Audit Komunikasi
Pertama, pendekatan konseptual yang berkaitan dengan kinerja organisasi di bidang komunikasi atau efektivitas sistem komunikasi. Untuk itu diawali dengan pemilihan standar untuk mengukur kinerja organisasi, yakni mengukur sejauh mana tingkat pencapaian tujuan dan sasaran dari kegiatan-kegiatan komunikasi tercapai. Kemudian diaplikasikan pada pemeriksaan kinerja organisasi. Efektivitas itu sendiri berkaitan dengan berapa besar dampak kegiatan penyebaran informasi atau tingkat kesesuaian antara penyampaian informasi dan kebutuhan informasi. Efektivitas komunikasi dapat diukur dengan 6 kriteria, yakni penerima komunikasi, isi pesan, ketepatan waktu, saluran, format kemasan, dan sumber.
Kedua, pendekatan survey sebagai alat tunggal, merupakan riset evaluasi lapangan yang paling banyak dilakukan. Hampir semua riset evaluatif dalam komunikasi organisasi termasuk dalam kategori ini, di antaranya riset homofili yang mengukur efektivitas komunikasi berdasarkan kemiripan ciri-ciri (frame of reference) antara penyampai dan penerima komunikasi, riset kecemasan atau ketidakamanan karyawan dengan berbagai posisi dalam jaringan interaksi, riset kredibilitas yang berkaitan dengan hubungan manusiawi antara pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi, khususnya keandalan, riset kontingensi yang mencari kondisi-kondisi kritis yang berpengaruh pada komunikasi baik kondisi mikro maupun makro yang menimbulkan masalah, riset jaringan yang mencari hubungan antar anggota dalam kelompok maupun antar kelompok, kemudian menghubungkannya dengan macam-macam aspek komunikasinya, seperti kebutuhan, kepuasan dan kinerja, serta riset efektivitas komunikasi dan organisasi yang memeriksa hubungan komunikasi efektif dan kinerja organisasi.
Ketiga, pendekatan prosedur yang lebih mengutamakan proses penyelenggaraan audit komunikasi dari pada alat-alat pengukuran yang digunakan. Pendekatan ini paling kompleks karena melibatkan sekelompok auditor dengan alat ukur ganda untuk seluruh organisasi dalam suatu kurun waktu yang panjang. Pendekatan ini juga dinyatakan sebagai pendekatan baku.(Andre Hardjana, 2000:30-40)
Model Audit Komunikasi
Model struktur konseptual adalah audit komunikasi keorganisasian untuk memahami kaitan antara maksud atau tujuan akhir komunikasi organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organiasasi, tata kerja atau prosedur pelaksanaan meliputi pemanfaatan jaringan komunikasi, adopsi kebijakan komunikasi dan pelaksanaannya dan struktur organisasi yang mencakup unit kerja, jaringan komunikasi fungsional, kebijakan dan kegiatan komunikasi.
Model profil keorganisasian merupakan model analisis fungsional sistem organisasi untuk memeriksa keadaan masa kini sehingga dapat diketahui kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam suatu organisasi dan menemukan jalan-jalan yang dapat dipergunakan untuk memperbaikinya, sehingga efektivitas organisasi dapat tercapai. Adapun unsur-unsur yang perlu diperiksa menurut Edgar Schein adalah komunikasi, peran dan fungsi anggota dalam kelompok, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, norma dan pertumbuhan kelompok, kepemimpinan dan kewenangan, kerja sama maupun persaingan antar kelompok. Analisis ini memandang komunikasi keorganisasian sebagai faktor penyebab efektif maupun tidak efektifnya kerja fungsional organisasi. Langkah-langkah pelaksanaan analisis ini disusun berdasarkan 7 variable penting yang mempunyai pengaruh besar pada sosok komunikasi , yakni kepuasan organisasi, iklim komunikasi, kualitas media, kemudahan perolehan informasi, penyebaran informasi, muatan informasi, kemurnian pesan dan budaya organisasi. Melalui analisis ini dapat diketahui peristiwa-peristiwa kritis yang terjadi dalam organisasi.
Model evaluasi komunikasi merupakan pemeriksaan dan penilaian atas praktek dan kegiatan komunikasi pada situasi tertentu. Informasi yang diperoleh dapat dijadikan patok banding bagi manajemen untuk memperbaiki sistem komunikasi internal dan eksternal, perbaikan dalam perencanaan dan pengendalian manajemen dan menjembatani berbagai rumpang dalam system komunikasi (Andre Hardjana, 2000:40-58).
Metode Audit Komunikasi
International Communication Association telah membakukan standar pengukuran untuk audit komunikasi yang dikenal sebagai system lima alat pengukuran yang oleh Goldhaber dirumuskan menjadi teknik dan metode :
1. Survey dengan kuesioner, misalnya survey dalam the Internatioanal Communication Association Survey yang mencantumkan 122 butir pertanyaan pada kuesioner, termasuk 12 butir tentang ciri-ciri demografik, 34 butir tentang kebutuhan organisasi.
2.    Wawancara tatap muka, tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk memeriksa, menguji atau melengkapi data yang diperoleh melalui alat ukur lain. Terdiri dari wawancara penjajakan untuk mengumpulkan informasi penting dalam rangka pengenalan masalah dan wawancara pendalaman yang disebut juga wawancara tindak lanjut untuk membantu tafsiran atas temuan yang diperoleh melalui alat audit lain.
3.    Teknik analisis jaringan, untuk memetakan kegiatan-kegiatan komunikasi yang melibatkan responden dalam organisasi ataupun unit kerjanya baik secara formal maupun nonformal. Responden secara khusus diminta menunjukan sejauh mana dan dengan intensitas bagaimana ia terlibat dalam komunikasi dengan rekan-rekan unit atau departemennya pada jam kerjanya baik pada jaringan formal maupun non formal.
4.    Pengalaman komunikasi dikenal dengan teknik peristiwa kritis. Responden diminta menguraikan peristiwa-peristiwa komunikasi yang dianggap sebagai contoh yang khas baik peristiwa sukses maupun kegagalan. Dari cerita tersebut dapat ditarik kesimpulan seperangkat contoh khas tentang komunikasi dalam suatu organisasi sehingga dapat dijelaskan mengapa komunikasi di suatu unit berhasil atau gagal. (profil dasar kesuksesan atau kegagalan komunikasi dalam berbagai unit kerja organisasi).
5.    Catatan harian komunikasi, hanya cocok digunakan pada organisasi dengan struktur yang kompleks dan jelas. Setiap responden diminta membuat catatan dalam buku harian selama satu minggu tentang semua kegiatan komunikasi yang dilakukan (antarpribadi, via telpon, rapat, pesan tertulis yang diterima dan dikirim) dalam bentuk formulir.
            Para ahli atau konsultan memiliki kebebasan untuk memilih teknik dan metode mana saja yang dianggap sesuai dengan masalah, situasi organisasi dan tujuan audit yang hendak dicapai karena setiap organisasi pun berbeda baik etnis, ragam maupun ukurannya (Andre Hardjana, 2000:60-70).
Berdasarkan sumber lain, metode yang dapat digunakan dalam audit komunikasi, meliputi readership survey, misalnya untuk mengetahui seberapa banyak pembaca, peserta program, pemahaman terhadap suatu publikasi khusus atau pesan-pesan tertentu, content analysis, untuk mengkoding dan mengklasifikasikan secara sistematis pesan-pesan khusus dalam aspek tema-tema yang ada maupun atribut-atribut lain yang melekat dalam pesan seperti pesan yang favorable maupun sebaliknya, readability studies, untuk menilai tingkat keterbacaan sebuah artikel atau isi media cetak, communication climate survey, untuk mengukur sikap atau persepsi publik terhadap tingkat keterbukaan dan ketersediaan saluran komunikasi dan network analysis, untuk mengamati frekuensi dan pentingnya jaringan interaksi, dimana pola-pola jaringan komunikasi dibandingkan dengan struktur organisasi formal untuk melihat kesenjangan antara yang diharapkan manajemen dengan kenyataan dalam praktek (Ngurah Putra, 1998 : 26-27).
Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data
Ada tiga jenis teknik pengumpulan dan analsis data yang bisa digunakan dalam audit komunikasi, yakni :
1.    Teknik observasi, merupakan kegiatan mengamati dan mencatat perilaku yang dapat dilakukan atas perilaku orang lain, sebagai pengamat terlatih (trained observer) dan perilakunya sendiri yang disebut sebagai studi tugas.
2.    Teknik wawancara, meliputi dua teknik berbeda yakni teknik wawancara dengan kuesioner yang merupakan alat pengumpulan data secara tertulis di mana berbagai bentuk pertanyaan seperti pertanyaan terbuka, tertutup, pilihan, skala likert, skala semantik diferensial, pilihan ganda dan pertanyaan kesesuaian pilihanyang dapat digabungkan dan digunakan dalam suatu kuesioner sesuai dengan jenis dan tujuan audit yang telah diuji coba (pretest) sebelumnya, serta wawancara tatap muka.
3.    Teknik analisis isi, untuk membuat analsis dari isi pesan-pesan yang ada dalam dokumen. Teknik ini melibatkan pemilihan komunikasi–komunikasi tertulis atau dokumen yang hendak dipelajari, membuat kategori pengukuran berdasarkan sampling atau keseluruhan dokumen, frekuensi pemunculan kategori, menggunakan uji statistik dan menarik kesimpulan. Teknik ini digunakan untuk berbagai kepentingan, di antaranya untuk mengukur tingkat kemudahan pemahaman dari dokumen-dokumen organisasi, analisis tema pada suatu terbitan, analisis pesan melalui saluran komunikasi formal, dan sebagainya.

Studi Kasus
            Berikut ini akan diuraikan mengenai contoh audit komunikasi. Audit komunikasi dilakukan pada PT. Putra Agramandala Sakti, dengan memfokuskan kajian pada divisi perdagangan. Data diperoleh dari hasil kuesioner yang diberikan kepada para pegawai PT. Putra Agramandala Sakti.
Profil PT. Putra Agramandala Sakti
PT. Putra Agramandala Sakti (PT. PAS) yang beralamat di Jl. Lingkar Selatan Kopo Plaza F-5, Bandung, merupakan sebuah perseroan terbatas yang didirikan pada 24 April 1996 oleh Herry Siswanto dan Ivana Septiana. Maksud dan tujuan perusahaan ini adalah berusaha di bidang perdagangan, industri, pembangunan, pengangkutan, pertanian, dan pertambangan. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan PT. PAS dalam mengembangkan usahanya antara lain:
a.         Menjalankan usaha dalam bidang perdagangan umum, termasuk impor, ekspor, interinsulair dan lokal dari segala macam barang dagangan baik atas perhitungan sendiri maupun atas perhitungan pihak lain secara komisi.
b.        Menjalankan usaha dalam bidang bangunan pada umumnya termasuk sebagai pemborong, perencana, penyelenggara, dan pelaksana pembuatan gedung, rumah, jalan, jembatan, landasan, dam-dam, irigasi dan pertamanan serta pemasangan instalasi-instalasi listrik, gas, air leideng dan telekomunikasi.
c.         Menjalankan usaha dalam bidang pengangkutan darat (transportasi) pada umumnya baik untuk pengangkutan penumpang maupun barang.
d.        Menjadi grossier, leveransir, supplier, dealer, distributor dan keagenan/perwakilan dari perusahaan-perusahaan dalam maupun luar negeri dari segala macam barang dagangan.
e.         Menjalankan usaha dalam bidang perkebunan, pertanian, kehutanan, pertambangan, peternakan, perikanan dan pertambakan termasuk pembibitan dan budidaya udang.
f.         Menjalankan usaha dalam bidang perindustrian pada umumnya termasuk pabrik-pabrik, home industry, dan kerajinan tangan serta memasarkan hasil-hasil produksinya.
g.        Menjalankan usaha dalam bidang perbengkelan pada umumnya termasuk pemeliharaan dan perawatan (maintenance) untuk segala macam kendaraan bermotor.
h.        Menjalankan usaha dalam bidang jasa dan konsultasi pada umumnya termasuk teknik engineering kecuali jasa dan konsultasi di bidang hukum.






STRUKTUR ORGANISASI
PT. PUTRA AGRAMANDALA SAKTI

Direktur Utama
 


 
















Untuk melakan audit pada PT. Putra Agramandala Sakti, digunakan teknik wawancara dengan metode survey menggunakan kuesioner. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang tercantum dalam kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan dalam perusahaan yang meliputi kepuasan terhadap: perspektif organisasi (organizational perspective), umpan balik personal (feedback personal), integrasi organisasi (organizational integration), hubungan dengan supervisor (relation with supervisor), iklim komunikasi (communication climate), komunikasi horizontal dan informal (horizontal&informal communication), kualitas media (media quality), hubungan dengan subordinate (relation with subordinate).
            Para pegawai diminta untuk menjawab dengan cara mengisi tingkat kepuasan pegawai terhadap pernyataan yang ada pada kuesioner. Contoh pernyataan atau pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner antara lain:




Pertanyaan
Sgt Tdk Puas
Tidak puas
Biasa saja
Puas
 Sangat Puas
Indeks kepuasan
%
Ket
1. Informasi tentang kemujauan dalam pekerjaan Saya
1
0
2
0
6
0,82
82
Sngt Puas
2. Kabar personalia
1
0
2
0
4
0,77
77
Puas
3. Informasi tentang kebijakan&tujuan perusahaan
1
0
3
0
5
0,77
77
Puas
4. Informasi tentang bagaimana pekerjaan Saya bila dibanding dengan pekerja yang lain
0
0
1
1
6
0,92
92
Sgt Puas
5. Informasi tentang bagaimana Saya diawasi
1
0
3
1
4
0,75
75
Puas
6. Penghargaan terhadap usaha Saya
0
0
3
1
5
0,84
84
Sgt Puas
7. Informasi tentang kebijakan&tujuan bagian (depertemen)
1
0
1
1
4
0,8
80
Sgt Puas
8. Informasi tentang kewajiban tugas Saya
1
1
2
0
5
0,75
75
Puas
9. Informasi tentang pengaruh pemerintah terhadap pekerjaan Saya
1
0
4
1
2
0,67
67
Puas
10. Informasi tentang relasi dengan serikat kerja
1
1
3
1
1
0,6
60
Puas
11. Laporan mengenai bagaimana masalah dalam pekerjaan Saya diatasi
0
0
5
1
2
0,72
72
Puas
12. Informasi tentang gaji/upah pegawai
1
0
3
0
5
0,55
55
Biasa Saja
13. Informasi tentang laba perusahaan& keadaan keuangan
1
0
4
1
2
0,67
67
Puas
14. Informasi tentang prestasi dan/atau kegagalan perusahaan
1
1
3
1
0
0,53
53
Biasa Saja
15.  Supervisor Saya tahu dan mengerti masalah-masalah yang dihadapi bawahan
1
1
2
2
2
0,67
67
Puas
16.  Komunikasi perusahaan memotivasi dan mendorong antusiasme untuk mencapai tujuan perusahaan
1
0
3
1
4
0,75
75
Puas
17. Supervisor Saya mendengar dan memperhatikan Saya
1
2
1
2
2
0,65
65
Puas
18. Orang-orang dalam organisasi Saya mempunyai kemampuan tinggi sebagai komunikator
1
1
5
1
1
0,6
60
Puas
19. Supervisor Saya menawarkan bantuan untuk memecahkan masalah yang terkait dengan pekerjaan
1
2
3
1
1
0,57
57
Biasa
20. Komunikasi organisasi Saya membuat Saya merasa menjadi bagian penting bagi organisasi
0
2
4
0
2
0,65
65
Puas
21. Publikasi organisasi menarik dan sangat membantu
0
1
3
0
4
0,77
77
Puas
22. Supervisor saya mempercayai saya
0
0
5
0
3
0,75
75
Puas
23. Saya menerima informasi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas Saya tepat pada waktunya
0
1
2
1
4
0,8
80
Puas
24. Konflik dapat diatasi dengan tepat melalui saluran komunikasi yang tersedia
1
0
3
1
2
0,68
68
Puas
25. Selentingan aktif dalam organisasi kami
0
0
6
0
2
0,7
70
Puas
26. Supervisor saya terbuka terhadap ide-ide
1
0
4
1
2
0,67
67
Puas
27. Komunikasi horisontal dengan pekerja lainnya akurat dan mengalir dengan bebas
1
0
3
2
2
0,7
70
Puas
28. Praktek komunikasi dapat disesuaikan dengan keadaan darurat
0
0
5
1
3
0,75
75
puas
29. Kelompok kerja saya harmonis
0
0
3
0
6
0,86
86
Sgt Puas
30.  Meeting kami terorganisir dengan baik
1
0
4
1
0
0,56
56
Biasa Saja
31.  Tingkat pengawasan yang diberikan kepada Saya menyangkut kebenaran
0
0
5
2
1
0,7
70
Puas
32.  Perintah tertulis dan laporan-laporan jelas dan singkat
1
1
2
2
2
0,67
67
Puas
33.  Sikap terhadap komunikasi di perusahaan pada dasarnya berjalan dengan sehat
0
0
2
2
5
0,86
86
Sgt Puas
34. Komunikasi informal berjalan dengan aktif dan akurat
0
0
7
0
2
0,68
68
Puas
35. Komunikasi di perusahaan adalah tentang kebenaran
0
0
6
0
2
0,7
70
Puas
36. Subordinat/bawahan Saya responsif untuk melakukan komunikasi ke atas
0
1
4
0
1
0,63
63
Puas
37. Subordinat Saya mengantisipasi kebutuhan Saya akan informasi
0
1
4
1
0
0,6
60
Puas
38. Saya tidak mempunyai kelebihan beban komunikasi
0
0
3
0
2
0,76
76
Puas
39. Subordinat Saya menerima evaluasi, saran, dan kritik
0
0
4
1
1
0,7
70
Puas
40. Subordinat Saya merasa bertanggungjawab untuk berinisiatif melakukan komunikasi ke atas
0
0
2
1
3
0,83
83
Sgt Puas
Jumlah





28,37



Interval:
1   – 19   = Sangat tidak puas
20 – 39   = Tidak Puas
40 – 59   = Biasa Saja
60 – 79   = Puas
80 – 100 = Sangat Puas

Untuk mengukur tingkat kepuasan secara keseluruhan, digunakan rumus:
Jumlah Indeks Kepuasan x 100
     Jumlah Pertanyaan

Maka angka yang didapat = 28,37 x 100 = 70,9
                                                40 
Angka 70,9 ada pada interval 60 – 79, yang berarti puas.
Berarti tingkat kepuasan rata-rata para pegawai pada PT. Putra Agramandala Sakti ada pada level puas.




REFERENSI:
Goldhaber, Gerald M. 1993. Organizational Communication. 6th Edition. MC. Graw Hill. USA.
Hardjana, Andre. 2000. Audit Komunikasi : Teori dan Praktek. PT. Grasindo. Jakarta.
Ngurah Putra, I Gusti. 1998. Manajemen Hubungan Masyarakat. Universitas
Atmajaya. Yogyakarta.
Puspita Sari, Wina. Tesis. Tanpa Tahun. Audit Komunikasi Sebagai Alat Untuk Mengukur Efektivitas dan Efisiensi Komunikasi Dalam Suatu Organisasi. Universitas Budi Luhur. Jakarta.