Monday, April 23, 2012

PROSES NEGOSIASI


PROSES NEGOSIASI REKLAMASI DAN REHABILITASI HUTAN
ANTARA
PT. PUTRA AGRAMANDALA SAKTI
DENGAN
PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKU HUTAN INDRAMAYU WILAYAH UNIT III JAWA BARAT


Latar Belakang
Negosiasi merupakan proses di mana kita memenuhi persyaratan untuk mendapatkan yang kita inginkan dari orang lain yang sebaliknya juga menginginkan sesuatu dari kita. Jadi dalam proses negosiasi terdapat pihak-pihak yang terlibat. Biasanya pihak pertama disebut negosiator atau pemrakarsa negosiasi, sedangkan pihak kedua disebut adversary atau lawan dalam negosiasi.
Setiap manusia melakukan negosiasi untuk mendapatkan sesuatu dalam hidupnya setiap hari. Secara tidak sadar kita semua telah mempunyai pengalaman dalam bernegosiasi, misalnya dalam memecahkan masalah. Ruang lingkup negosiasi, selain masalah pribadi, juga mencakup hubungan kemitraan dalam pekerjaan atau bidang bisnis. Sekarang ini negosiasi juga tidak hanya dilakukan oleh pebisnis swasta saja. Pihak pemerintah maupun lembaga yang berada di bawah naungan pemerintah juga banyak melakukan proses negosiasi. Hal ini menunjukkan bahwa proses negosiasi semakin penting peranannya. Berikut ini akan dijabarkan mengenai proses negosiasi yang dilakukan oleh pihak perusahaan swasta dengan pihak lembaga birokrasi. Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji permasalahan yang melatarbelakangi proses negosiasi yang terjadi di antara kedua belah pikak, tujuan, proses-proses/tahap negosiasi, hasil negosiasi, serta evaluasi hasil negosiasi.  
Proses negosiasi dalam tulisan ini mengambil contoh mengenai proses negosiasi pekerjaan reklamasi dan rehabilitasi hutan antara PT. Putra Agramandala Sakti (PT. PAS) dengan Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan Indramayu Wilayah Unit III Jawa Barat (KPH Indramayu). Proses negoasiasi tersebut dilatarbelakangi oleh dua kepentingan yang berbeda di antara kedua belah pihak. Oleh karena itu permasalahan reklamasi dan rehabilitasi hutan dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda.

Kepentingan PT. PAS
PT. PAS yang beralamat di Jl. Lingkar Selatan Kopo Plaza F-5, Bandung, merupakan sebuah perseroan terbatas yang didirikan pada 24 April 1996 oleh Hery Siswanto, SE dan Ivana Septiana. Maksud dan tujuan didirikannya perusahaan ini adalah untuk mengembangkan usaha di bidang perdagangan, industri, pembangunan, pengangkutan, pertanian, dan pertambangan. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh PT. PAS dalam mengembangkan usahanya antara lain:
a.       Menjalankan usaha dalam bidang perdagangan umum, termasuk impor, ekspor, interinsulair dan lokal dari segala macam barang dagangan baik atas perhitungan sendiri maupun atas perhitungan pihak lain secara komisi.
b.      Menjalankan usaha dalam bidang bangunan pada umumnya termasuk sebagai pemborong, perencana, penyelenggara, dan pelaksana pembuatan gedung, rumah, jalan, jembatan, landasan, dam-dam, irigasi dan pertamanan serta pemasangan instalasi-instalasi listrik, gas, air leideng dan telekomunikasi.
c.       Menjalankan usaha dalam bidang pengangkutan darat (transportasi) pada umumnya baik untuk pengangkutan penumpang maupun barang.
d.      Menjadi grossier, leveransir, supplier, dealer, distributor dan keagenan/perwakilan dari perusahaan-perusahaan dalam maupun luar negeri dari segala macam barang dagangan.
e.       Menjalankan usaha dalam bidang perkebunan, pertanian, kehutanan, pertambangan, peternakan, perikanan dan pertambakan termasuk pembibitan dan budidaya udang.
f.       Menjalankan usaha dalam bidang perindustrian pada umumnya termasuk pabrik-pabrik, home industry, dan kerajinan tangan serta memasarkan hasil-hasil produksinya.
g.      Menjalankan usaha dalam bidang perbengkelan pada umumnya termasuk pemeliharaan dan perawatan (maintenance) untuk segala macam kendaraan bermotor.
h.      Menjalankan usaha dalam bidang jasa dan konsultasi pada umumnya termasuk teknik engineering kecuali jasa dan konsultasi di bidang hukum.
Kegitan-kegiatan yang dilaksanakan PT. PAS dalam rangka mengembangkan usahanya, bertujuan untuk memenuhi permintaan-permintaan pasar berupa barang atau jasa yang sesuai dengan bidang usaha yang dijalankan. PT. PAS melakukan fact finding (research) untuk mengetahui barang atau komoditi yang sedang mengalami peningkatan permintaan. Dari hasil research yang dilakukan oleh PT. PAS diketahui bahwa salah satu komoditi yang terus mengalami peningkatan permintaan adalah pasir. Pasir merupakan salah satu unsur yang dibutuhkan dalam proses pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana publik maupun privat, dsb. Peningkatan permintaan akan pasir ini tidak lepas dari faktor terus meningkatnya laju pembangunan, baik di pedesaan maupun perkotaan. Pembangunan di Indonesia sekarang ini tidak hanya ditangani oleh pihak pemerintah saja. Pihak swasta juga berhak untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Oleh karena itu PT. PAS menilai komoditi pasir sebagai prospek bisnis yang menjanjikan. Untuk itulah PT. PAS berusaha memenuhi permintaan pasar berupa pasir dengan cara bekerja sama dengan berbagai pihak. Salah satunya adalah KPH Indramayu yang memiliki lahan yang banyak mengandung pasir.

Kepentingan KPH Indramayu
PERUM PERHUTANI sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah berkiprah sejak tahun 1972 berdasarkan Peraturan Pemerintah no.15 Tahun 1972 dan telah mengalami beberapa kali perubahan dasar hukum. Terakhir berdasarkan Peraturan Pemerintah no.30 Tahun 2003 mengemban tugas dan tanggung jawab pengelolaan hutan di Pulau Jawa, dengan wilayah hutan yang dikelola seluas 2,426 juta hektar, terdiri dari hutan produksi seluas 1,767 juta hektar dan sisanya hutan lindung. Secara struktural Perum Perhutani dibawah Kementerian Negara BUMN dengan Pembina Teknis Departemen Kehutanan. Visi Perum Perhutani adalah “Menjadi Pengelola Hutan Tropis Terbaik di Dunia”, sedangkan Misi Perum Perhutani antara lain:
1.    Mengelola hutan tropis dengan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari Bersama Masyarakat
2.    Meningkatkan produktifitas, kualitas dan nilai sumberdaya hutan.
3.    Mengoptimalkan manfaat hasil hutan kayu, non kayu dan jasa lingkungan serta potensi lainnya, dalam rangka meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan serta kesejahteraan masyarakat (sekitar hutan).
4.    Membangun sumberdaya manusia perusahaan yang bersih, berwibawa dan professional.
5.    Mendukung dan berperanserta dalam pembangunan wilayah dan perekonomian daerah.
Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi kawasan hutan negara yang terdapat di wilayah Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat dan Banten, kecuali kawasan hutan konservasi seluas 2.426/206 hektar. 
Unit Kerja
Provinsi
Hutan Produksi(Ha)

Hutan Lindung
(Ha)
Total Luas
(Ha)
Unit I
Jawa Tengah
546.290
84.430
630.720
Unit II
Jawa Timur
809.959
326.520
1.136.479
Unit III
Jawa Barat
Banten
349.649
61.406
230.708
17.244
580.357
78.650

Jumlah
1.767.304
658.902
2.426.206

Indonesia memiliki banyak kekayaan alam yang sangat berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu di antaranya adalah hutan. Apabila dikelola dengan baik dan benar, hutan dapat dijadikan sebagai sumber devisa yang tak ternilai harganya. Namun permasalahannya tidak sederhana. Banyak faktor yang menyebabkan hutan Indonesia tidak dimanfaatkan secara maksimal. Pada umumnya permasalahan hutan berkaitan dengan penebangan hutan secara liar (illegal logging). Penebangan hutan secara liar bukan merupakan permasalahan baru di dunia kehutanan, namun sudah mengakar sejak jaman Orde Baru berkuasa. Kerugian Negara akibat penebangan hutan secara ilegal tidaklah sedikit. Dari tahun ke tahun Indonesia terus saja mengalami kerugian. Akibat lain dari penebangan hutan secara ilegal adalah rusaknya kondisi alam sekitar hutan sehingga mengakibatkan banyaknya terjadi bencana alam.
            Permasalahan lain terkait pemanfaatan hutan adalah kawasan hutan tidak dapat dimanfaatkan dengan maksimal karena kandungan tanahnya yang tidak subur. Hal ini misalnya terjadi di kawasan hutan milik KPH Indramayu. Beberapa kawasan hutan milik KPH Indramayu telah dimanfaatkan sebagai kawasan hutan produktif yang dimanfaatkan sebagai hutan dengan fungsi sosial maupun hutan fungsi ekonomi sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu No. 13 Tahun 2002 Tentang Pengembangan Kehutanan Di Kabupaten Indramayu. Sebagaimana dijelaskan pada pasal 5 dalam Perda tersebut, bahwa hutan memiliki fungsi sosial. Maksudnya adalah bahwa dalam setiap kegiatan pengembangannya harus melibatkan masyarakat secara proporsional mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan dan pengendalian. Sedangkan menyangkut hutan fungsi ekonomi, seperti tercantum dalam pasal 6 bahwa hutan memiliki fungsi ekonomi, sehingga dalam setiap kegiatan pengembangannya harus memberikan manfaat ekonomis bagi masyarakat berupa alternatif kesempatan usaha dan lapangan kerja, sekaligus juga memberikan sumbangan pada Pendapatan Asli Daerah.
            Keberadaan hutan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indramayu sehingga perlu adanya langkah-langkah konkret terhadap pengembangan kehutanan sekaligus memberdayakan potensi tersebut sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan fungsi hutan, baik secara ekonomi, maupun sosial. Sayangnya tidak semua kawasan hutan milik KPH Indramayu memiliki baik fungsi sosial maupun ekonomi. Salah satunya adalah kawasan hutan yang terletak di Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, dengan letak administratif pengelolaan hutan Petak 2 b. Luas areal hutan di kawasan tersebut adalah 2 hektar. Kawasan hutan tersebut termasuk dalam kelas hutan/kondisi hutan TBP (Tidak Baik Untuk Produksi). Dari lahan seluas 2 hektar tersebut selama ini belum dapat diperoleh hasil hutan secara maksimal. Masalahnya adalah kawasan hutan tersebut di dalamnya terkandung pasir sehingga kurang memadai apabila digunakan sebagai untuk menanam pohon maupun tanaman berpotensi. Untuk itulah KPH Indramayu perlu melaksanakan reklamasi dan rehabilitasi hutan guna memanfaatkan hutan secara maksimal. Pengembangan pemanfaatan hutan dengan cara reklamasi dan rehabilitasi hutan dilakukan pada hutan produksi yang harus dihutankan kembali, yaitu pada kelas hutan tanah kosong (TK), tidak produktif (TPr) dan tanaman bertumbuhan kurang (Tbk) yang mengandung bahan galian untuk meningkatkan produktifitas dan kelas hutannya dengan terlebih dahulu dibuat rencana reklamasi dan rehabilitasi hutan. Reklamasi dan rehabilitasi hutan dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak lain, termasuk investor atau perusahaan swasta. Kerjasama usaha reklamasi dan rehabilitasi hutan meliputi kegiatan :
 Pengambilan bahan galian,
 Persiapan lapangan untuk kegiatan reklamasi dan rehabilitasi,
 Kegiatan reklamasi (penimbunan kembali),
 Kegiatan rehabilitasi (penanaman kembali).

Tujuan Negosiasi
            Tujuan diadakannya negosiasi antara PT. PAS dengan KPH Indramayu adalah untuk menjembatani dua kepentingan yang berbeda. Di satu sisi PT. PAS membutuhkan banyak persediaan pasir untuk memenuhi permintaan pasar. Di sisi lain KPH Indramayu bermaksud untuk melakukan reklamasi dan rehabilitasi hutan guna memanfaatkan lahan hutan secara maksimal. Dalam melaksanakan reklamasi dan rehabilitasi hutan diperlukan kegiatan pengambilan bahan galian yang ada di dalam hutan agar dapat meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produkstivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Kedua belah pihak dapat bekerja sama, karena kedua belah pihak dapat saling memenuhi kebutuhan satu sama lain. Kebutuhan PT.PAS akan pasir dapat dipenuhi oleh KPH Indramayu yang memiliki persediaan lahan bahan galian pasir. Sedangkan KPH Indramayu dapat bekerja sama dengan PT.PAS karena PT. PAS merupakan pihak yang mempunyai kemampuan dalam melakukan produksi dan pemasaran bahan galian berupa pasir. Negosiasi dilakukan dengan tujuan untuk menetapkan beberapa hal, di antaranya:
1) Pihak-pihak yang terlibat dalam proses reklamasi dan rehabilitasi hutan
2) Luas lahan pengambilan bahan galian
3) Biaya reklamasi dan rehabilitasi hutan
4) Pembagian laba dari hasil produksi pasir
5) Hak dan kewajiban masing-masing pihak terkait reklamasi dan rehabilitasi hutan

Proses Negosiasi
            Proses negosiasi yang dilakukan oleh PT. PAS terhadap KPH Indramayu melewati beberapa tahap, di antaranya:
1) Persiapan
            Pada tahap persiapan ini PT. PAS mengumpulkan informasi sebanyak mungkin terkait dengan wilayah-wilayah yang memiliki kemungkinan mengandung bahan galian pasir. Informasi didapat dari berbagai pihak seperti mitra PT PAS, konsumen, masyarakat, dsb. Selain itu PT. PAS juga mendapatkan informasi dari pihak-pihak yang pernah terlibat dalam proses penambangan pasir yang dilakukan oleh PT. PAS di Indramayu, beberapa tahun yang lalu. Salah satunya adalah pelanggan yang membeli pasir. Informasi yang didapat kemudian dikumpulkan untuk dibandingkan mana yang memiliki kemungkinan terbesar sebagai lahan tambang.
Hasil pencarian informasi selama beberapa bulan menunjukkan bahwa wilayah yang mempunyai banyak kandungan pasir adalah di Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu. Setelah itu pihak PT. PAS menugaskan beberapa orang ke lapangan secara langsung untuk melakukan cross check. Cross check di sini dimaksudkan untuk menyamakan antara informasi yang didapat PT. PAS dengan fakta di lapangan. Hal ini dilakukan dengan cara mendatangi sumber informasi dan lokasi yang diperkirakan mengandung bahan galian pasir. Hasilnya adalah bahwa lokasi yang bisa dijadikan lahan penambangan pasir, yaitu kawasan hutan milik KPH Indramayu. Kawasan hutan tersebut terletak di Desa Cikawung, Kecamatan Terisi seluas 2 Ha.
            Selain mengenai lokasi penambangan pasir, tahap persiapan juga dilakukan untuk mencari informasi pemilik lahan tambang, yaitu pihak KPH Indramayu. Pencarian informasi dilakukan dengan cara menemui mandor-mandor perhutani. Mandor perhutani memberikan informasi mengenai siapa saja dari pihak KPH yang akan terlibat dalam proses penambangan pasir dan  proses atau prosedur yang harus dijalankan oleh calon penambang untuk melakukan produksi pasir.
2) Tahap I
            Proses negosiasi tahap I dilakukan dengan menemui pihak KPH Indramayu dengan menemui Asisten Perhutani Cikawung. Setelah itu PT. PAS menugaskan tim negosiator untuk mendatangi kantor KPH Indramayu. Hal ini dilakukan bersama dengan Asper Perhutani Cikawung. Di kantor KPH Indramayu, tim negosiator PT.PAS ditemui oleh Bapak ADM (Administratur) KPH Indramayu, dalam hal ini yang mendapat mandat dari Wilayah Perum Perhutani Jawa Barat untuk penanganan reklamasi dan rehabilitasi hutan. Proses negosiasi pada tahap ini dilakukan dengan pendekatan secara personal dan bertujuan untuk menggali informasi mengenai kemungkinan diadakannya penambangan pasir oleh PT. PAS di lahan milik KPH Indramayu. Pada saat inilah PT. PAS mengemukakan keinginannya untuk melakukan penambangan pasir, selain mengenalkan bidang-bidang usaha perusahaan kepada KPH Indramayu. Pihak KPH Indramayu menyambut baik PT. PAS karena pada saat itu KPH Indramayu memang berencana untuk melakukan reklamasi dan rehabilitasi hutan. Dari proses negosiasi tahap I dihasilkan kesepakatan bahwa PT. PAS berhak untuk mengajukan proposal sebagai prosedur yang harus dijalankan dalam proses reklamasi dan rehabilitasi hutan milik KPH.
3) Tahap II
            Setelah ada kesamaan data/informasi dari sumber informasi dengan fakta di lapangan serta berdasarkan kesepakatan negosiasi tahap I, pihak PT. PAS membuat proposal pengajuan penambangan bahan galian pasir dalam kawasan hutan. Sesuai dengan prosedur yang dimiliki oleh KPH, maka PT. PAS mengajukan beberapa proposal di berbagai tingkat KPH, di antaranya:
a)      Proposal pertama kali diajukan kepada Asisten Perhutani tingkat kelurahan (Resort Pemangkuan Hutan) Cikawung.
b)      Pengajuan proposal kepada Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Kecamatan Terisi.
c)      Pengusulan proposal penambangan pasir ke tingkat kabupaten (KPH Indramayu).
d)     Pengajuan proposal penambangan pasir ke Pemerintah Daerah Indramayu untuk mendapatkan SIPD (Surat Ijin Penambangan Daerah).
Proses negosiasi tahap II berupa pengajuan proposal yang disertai dengan presentasi proposal. Dalam mengajukan proposal, tim negosiator PT.PAS menunjukkan data-data di lapangan yang dapat meyakinkan pihak KPH Indramayu. Selain itu pengalaman PT.PAS dalam melakukan proyek penambangan di Subang menjadi nilai plus bagi PT.PAS di mata KPH Indramayu. Proposal-proposal yang diajukan oleh PT.PAS mendapat persetujuan dari berbagai tingkatan KPH. Proses negosiasi secara prosedural secara keseluruhan tidak mendapat hambatan yang menyulitkan.
4) Tahap III
Tidak hanya dengan mengajukan proposal, PT. PAS juga mengadakan pendekatan secara personal kepada pihak-pihak terkait. Proses negosiasi tahap III dilakukan beberapa kali di berbagai tempat. Pendekatan secara personal dilakukan dengan cara “memenuhi kebutuhan” beberapa pihak. Misalnya dengan mengundang pihak-pihak yang terkait untuk makan bersama. Pada saat itulah proses negosiasi yang sebenarnya terjadi. PT. PAS banyak melakukan negosiasi pada saat acara informal seperti itu. Pada proses negosiasi tahap III, PT.PAS dan KPH Indramayu melakukan tawar-menawar mengenai pembagian laba atas produksi pasir, serta berbagai hal yang belum dibicarakan pada saat proses negosiasi tahap II. Dengan kata lain tahap III ini bertujuan untuk menyelesaikan segala macam persoalan yang terkait dengan reklamasi dan rehabilitasi hutan.

Hasil negosiasi
            Proses negosiasi antara PT. PAS dengan pihak KPH Indramayu menghasilkan beberapa kesepakatan berupa hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak. Kesepakatan tersebut tertuang dalam draft MoU. Beberapa hasil negosiasi reklamasi dan rehabilitasi hutan antara PT. PAS dengan KPH Indramayu di antaranya:
- Hak dan Kewajiban PT. PAS:
1)       Memperhitungkan uang garansi yang disimpan KHP Indramayu sebagai bagian sharing laba usaha yang merupakan hak KPH Indramayu
2)       Menerima biaya reklamasi dari KPH Indramayu setelah kewajiban reklamasi dilaksanakan yang dikuatkan dengan Berita Acara
3)       Melaksanakan kegiatan penambangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
4)       Mendapatkan Surat Ijin Penambangan Daerah/Kuasa Penambangan sesuai ketentuan yang berlaku
5)       Melakukan reklamasi secara bertahap sesuai dengan ketentuan yang berlaku
6)       Menempatkan personil dalam manajeman produksi dan pemasaran dari KPH Indramayu
7)       Menyerahkan bagi hasil kepada KPH Indramayu dan LMDH (Lembaga Masyarakat Daerah Hutan) setiap dua minggu. Adapun bagi hasil sesuai dengan kesepakatan adalah sbb:
-          PT. PAS mendapatkan laba 50% dari keuntungan produksi dan penjualan bahan galian
-          KPH Indramayu mendapatkan 45% dari keuntungan produksi dan penjualan bahan galian
-           LMDH meendapatkan 5% dari keuntungan penjualan produksi dan penjualan bahan galian
8)       Menyerahkan biaya proses persiapan kerjasama operasi kepada KPH Indramayu antara lain: checking lokasi, pemancangan, pengukuran, pemetaan, dll sebesar Rp. 10.000.000,-
9)       Menyerahkan uang garansi kerjasama operasi kepada KPH Indramayu sebesar Rp. 100.000.000,-
10)   Membayar kewajiban pajak/royalty/retribusi kepada Pemerintah
11)   Membiayai seluruh kegiatan operasi pengambilan bahan galian
12)   Mengikutsertakan masyarakat desa sekitar hutan dalam kegiatan pengambilan bahan galian dan reklamasi hutan
13)   Menjamin keselamatan kerja pada kegiatan pengambilan bahan galian dan reklamasi hutan
14)   Menjaga hubungan baik dengan pihak terkait sebagai perwujudan tanggung jawab sosial
15)   Memperbaiki jalan/jembatan yang rusak akibat angkutan bahan galian

- Hak dan kewajiban KPH Indramayu:
1)       Menentukan teknis rehabilitasi dan pemeliharaan lanjutan sesuai dengan aturan yang berlaku di Perum Perhutani
2)       Menyertakan personil dalam manajemen produksi dan pemasaran PT. PAS
3)       Menerima bagi hasil laba usaha dari PT. PAS setiap dua minggu
4)       Menerima biaya proses persiapan kerjasama operasi kepada KPH Indramayu antara lain: checking lokasi, pemancangan, pengukuran, pemetaan, dll sebesar Rp. 10.000.000,-
5)       Menerima dan menyimpan uang garansi kerjasama operasi kepada KPH Indramayu sebesar Rp. 100.000.000,- di kas Kantor KPH
6)       Menerima hasil reklamasi dari PT. PAS sesuai dengan kesepakatan teknis
7)       Menyediakan objek kerjasama berupa lahan kawasan hutan untuk direklamasi dan direhabilitasi
8)       Menyusun perencanaan dan persiapan lapangan
9)       Melaksanakan kegiatan rehabilitasi hutan sampai dengan pemeliharaan tanaman umur 4-5 tahun
10)   Memberikan pembinaan dan bimbingan teknis rehabilitasi hutan dan pemeliharaan tanaman kepada masyarakat desa hutan
11)   Mengikutsertakan masyarakat desa sekitar hutan dalam kegiatan rehabilitasi hutan
12)   Memperhitungkan uang garansi yang telah disetorkan PT. PAS sebagai bagian sharing laba usaha
13)   Membantu PT. PAS menjaga hubungan baik dengan pihak terkait.

Evaluasi Hasil Negosiasi
            Setelah melewati tahap-tahap negosiasi dan menghasilkan kesepakatan di antara PT. PAS dengan KPH Indramayu, kegiatan reklamasi dan rehabilitasi hutan mulai dijalankan. Saat ini proses yang sedang dilakukan adalah mengambil bahan galian pasir dengan cara menambang. PT. PAS telah membangun infrastruktur serta sarana dan prasarana untuk proyek penambangan pasir tersebut. Mekanisme penambangan pasir tetap diawasi oleh pihak KPH Indramayu. Hal ini dilakukan dengan cara mengadakan pengecekan setiap 3 bulan sekali agar apa yang dilakukan oleh PT. PAS sesuai dengan prosedur yang ada.
            Selama penambangan pasir berlangsung, hasil laba yang diperoleh telah dibagi sesuai dengan hasil kesepakatan kedua belah pihak. Setiap bulan PT. PAS menyerahkan laba kepada LMDH dan KPH Indramayu, sesuai prosentase hasil kesepakatan. Salah satu item kesepakatan memang ada yang belum sepenuhnya dijalankan, seperti kewajiban bagi KPH Indramayu melaksanakan kegiatan rehabilitasi hutan sampai dengan pemeliharaan tanaman umur 4-5 tahun. Namun hal ini akan terealisasi apabila pihak PT. PAS sudah melaksanakan proses reklamasi hutan sepenuhnya. Jadi pada umumnya sampai saat ini hasil negosiasi yang dicapai oleh PT. PAS dengan KPH Indramayu telah dijalankan dengan baik.

Penutup
            Proses negosiasi antara PT. PAS dengan KPH Indramayu merupakan salah satu contoh proses negosiasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta dengan pihak birokrasi. Proses negosiasi dapat dikatakan cukup berhasil karena kesepakatan yang dihasilkan oleh kedua belah pihak dapat memenuhi kepentingan satu sama lain. Keberhasilan negosiasi antara PT. PAS dengan KPH Indramayu menunjukkan bahwa proses negosiasi memang tidaklah mudah, namun apabila menggunakan strategi dan cara yang cocok maka akan dihasilkan kesepakatan yang bersifat win win solution.

COMMUNICATION NETWORK


JARINGAN KOMUNIKASI ORGANISASI; 
CASE STUDY PADA PT. PUTRA AGRAMANDALA SAKTI

Organisasi merupakan suatu kesatuan sosial dari kelompok manusia yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki tugas dan fungsi, masing masing mempunyai tujuan tertentu dan batasan yang jelas sehingga bisa dipisahkan secara tegas dari lingkungan. Ketika orang-orang dalam organisasi tersebut berkomunikasi satu sama lain maka berkembanglah keteraturan dalam kontak dan memperlihatkan “siapa berbicara kepada siapa”. Lokasi setiap individu dalam pola dan jaringan yang terjadi memberi peranan pada orang tersebut. Jaringan dapat diukur secara sosiometrik, namun tidak dapat dilihat secara visual. Jaringan terdiri dari individu-individu yang terhubungkan oleh pola aliran komunikasi. Jaringan komunikasi relatif lebih sedikit terstruktur dibanding komunikasi formal. Jaringan muncul secara tiba-tiba/spontan, timbul dari perilaku komunikasi sehari-hari dari individu-individu pada suatu organisasi. Oleh karena itu dengan teknik analisa jaringan kita dapat mengetahui atau memahami perilaku anggota-anggota organisasi. Sehingga jaringan penting dalam mempengaruhi perilaku individu setiap anggota organisasi. Jaringan komunikasi berubah secara konstan dari waktu ke waktu, tidak seperti struktur formal. Jadi jika struktur formal membawa stabilitas pada hubungan komunikasi sepanjang waktu, jaringan mengalirkan energi pada aktivitas organisasi tiap hari.
Suatu organisasi perlu menciptakan adanya jaringan komunikasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1) Struktur hierarki; 2) Jarak fisik yang jauh di antara anggota organisasi; 3) Perbedaan yang besar antaranggota organisasi; 4) Terdapat beberapa tugas yang harus diselesaikan, sehingga membutuhkan arus informasi yang memadai.
Jaringan merupakan saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Jaringan dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu:
1.      Kelompok kecil sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi merupakan sistem komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari satu orang ke orang lainnya.
2.      Jaringan komunikasi dapat dipandang sebagai struktur yang diformalkan dan diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.
Personal Networks: Radial dan Interlocking
Term “jaringan” digunakan oleh ilmuwan komunikasi untuk merujuk pada tiga konsep yang berbeda:
1.      Total system network: terdiri dari pola-pola komunikasi di antara seluruh individu dalam sebuah sistem, sebagai organisasi. Jaringan ini terdiri atas ribuan individu (jika organisasinya besar).
2.      Klik: merupakan subsistem di mana elemen-elemennya berinteraksi lebih banyak dengan anggota yang lain dibandingkan dengan yang lainnya dalam sistem komunikasi. Kebanyakan klik terdiri dari 5 sampai 25 anggota atau lebih. Klik merupakan salah satu komponen utama dari jaringan komunikasi pada suatu organisasi.
3.      Personal network: adalah individu-individu yang saling terhubungkan oleh pola aliran komunikasi.
            Terdapat dua macam personal networks: radial dan interlocking. Radial personal network adalah seseorang yang secara individual berinteraksi secara langsung dengan anggota-anggota lainnya yang tidak berinteraksi dengan anggota lainnya. Sedangkan interlocking personal network adalah seseorang yang berinterkasi dengan anggota lainnya, di mana anggota lainnya tersebut berinteraksi satu sama lain dalam sistem.
 
 




Interlocking personal network Radial personal network
Analisis jaringan mengungkapkan sifat-sifat khas sejumlah peranan jaringan komunikasi. Peranan komunikasi individual pada organisasi antara lain:
·         Gatekeeper
Gatekeeper adalah orang yang secara strategis ditempatkan dalam jaringan agar dapat melakukan pengendalian atas pesan apa yang akan disebarkan melalui sistem tersebut. Seorang penjaga gawang paling mudah dikenali dalam jaringan komunikasi berurutan, karena informasi dan pesan dapat dikendalikan hampir dalam setiap hubungan. Setiap penyampai pesan dalam suatu rantai urutan dapat menjadi penjaga gawang. Gambaran mengenai seorang penjaga gawang antara lain mengenai fungsi-fungsi penyampai pesan seperti mengaitkan, menyimpan, merentangkan, dan mengendalikan (mengurangi kelebihan informasi, menyaring aliran pesan), menyajikan. Misalnya apabila kita hendak menemui atasan, dan sekretaris memberitahukan bahwa atasan sedang mengadakan rapat, maka kita dapat mengetahui bahwa sekretaris adalah seorang gatekeeper. Proses gatekeeping muncul dalam framework sistem keseluruhan; sebuah organisasi terbentuk dari klik-klik, di mana fungsi utama (gatekeeper) adalah pengontrol aliran informasi.
·         Liaisons
Liaisons atau linker (penghubung) adalah individu yang secra interpersonal menghubungkan dua atau lebih klik dalam sistem, namun ia sendiri tidak mempunyai klik atau bukan merupakan anggota klik. Liaisons ditempatkan pada persimpangan aliran informasi pada organisasi. Ketika liaisons dipindahkan, sistem akan cenderung menjadi klik-klik yang terisolasi. Liaisons penting dalam mendapatkan pesan komunikasi dari satu subsistem ke subsistem lainnya dalam organisasi.   
·         Pemimpin Pendapat (opinion leader)
Opinion leader adalah orang tanpa jabatan formal dalam semua sistem sosial, yang membimbing pendapat dan mempengaruhi orang-orang dalam keputusan mereka. Jadi opinion leader merupakan pemimpin informal, bukan formal. Opinion leader merupakan orang-orang yang mengikuti persoalan dan dipercayai orang-orang lainnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Karakteristik opinion leader antara lain: (1) sumber informasi external dan teknis yang lebih luas (2) aksesabilitas yang tinggi kepada pengikutnya, (3) kecocokan yang tinggi pada norma kelompok yang dipimpin. Pada sebagian organisasi, opinion leadership tidak selalu dimiliki oleh eksekutif tertinggi, namun bisa dimiliki oleh anggota organisasi lainnya.
·         Kosmopolit
Kosmopolit adalah individu yang melakukan komunikasi lebih tinggi dengan dunia luar (lingkungan sistem), atau dengan individu-individu di luar organisasi. Bagi tingkat orgnaisasi yang mempunyai keterbukaan, organisasi tersebut harus mempunyai beberapa kosmopolit. Kosmopolit menghubungkan para anggota organisasi dengan orang-orang dan peristiwa-peristiwa di luar batas-batas struktur organisasi. Pada kebanyakan sistem, kosmopolit terkonsentrasi pada level paling atas dan paling bawah. Pada level atas, eksekutif melakukan berbagai perjalanan dan menjalin hubungan dengan organisasi lainnya. Mereka berada dalam posisi untuk memperoleh ide-ide baru dari sumber eksternal untuk dibawa ke organisasinya sendiri. Di tingkat bawah, kosmopolit menjalin hubungan dengan customer, energi dan material yang masuk, dan dengan tingkat informasi operasi lainnya. Kosmopolitan pada organisasi merupakan sumber daya bagi sistem, di mana dengan kosmopolit organisasi dapat menguasai lingkungannya. Kemampuan untuk memprediksi perubahan masa depan dalam lingkungan merupakan hal penting bagi kemampuan bertahan suatu sistem.
            Peranan komunikasi individu yang telah dijelaskan di atas menggambarkan fungsi khusus yang harus dimainkan dalam jaringan komunikasi:
Peranan Komunikasi               Fungsi dalam Jaringan

1. Gatekeeper                          Mencegah adanya kelebihan informasi dengan menyaring pesan
2. Liaisons                               Mengintegrasi dan menghubungkan bagian-bagian (klik) suatu jaringan
3. Opinion Leader                   Memfasilitasi pengambilan keputusan informal dalam jaringan
4. Kosmopolit                         Menghubungkan sistem dengan lingkkungannya dengan menyediakan keterbukaan.

Struktur Jaringan Komunikasi
Jaringan komunikasi memiliki struktur, di mana struktur jaringan komunikasi di satu organisasi berbeda dengan organisasi lain. Berikut ini akan dijelaskan mengenai beberapa struktur jaringan komunikasi yang ada dalam organisasi.
  1. Struktur Lingkaran
Pola/struktur lingkaran memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu dengan yang lainnya hanya melalui sejenis sistem pengulangan pesan. Tidak seorangpun yang dapat berhubungan langsung dengan semua anggota lainnya. Begitu juga tidak ada anggota yang memiliki akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Struktur lingkaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Tidak memiliki pemimpin; Posisi semua anggota sama, memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok; Setiap anggota dapat berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya (lihat gambar). Pola lingkaran cocok untuk menangani pekerjaan rutin yang sedikit, di mana pemikiran yang inovatif sangat dibutuhkan. Kelebihannya adalah kepuasan tinggi dan penyesuaian dengan perubahan kerja cepat. Sedangkan pengawasan aliran pesan rendah, kecermatan solusi buruk, serta kemunculan organisasi yang stabil sangat lambat.
2.      Struktur Roda
Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Orang yang berada dalam posisi sentral menerima informasi yang disediakan oleh anggota organisasi lainnya dan memecahkan masalah dengan saran dan persetujuan anggota lainnya.Ciri-ciri struktur roda antara lain: Memiliki pemimpin yang jelas, yaitu yang menempati posisi di tengah. Orang ini merupakan satu-satunya pihak yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota; Jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain maka pesan harus disampaikan melalui pemimpin. Kelebihannya pengawasan aliran pesan tinggi, organisasi bersifat stabil, kinerja cepat. Namun kepuasan rendah.
  1. Struktur Y
Struktur Y relatif kurang tersentralisasi bila dibandingkan dengan struktur roda, namun lebih tersentralisasi bila dibandingkan dengan struktur yang lain. Struktur Y memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Terdapat pemimpin yang jelas (orang ketiga dari bawah pada gambar); Satu anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua (orang kedua dari bawah); Pemimpin kedua dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya; Ketiga anggota lainnya memiliki keterbatasan dengan satu orang lainnya.
  1. Struktur Rantai
Struktur rantai hampir sama dengan struktur lingkaran. Namun tetap memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan struktur yang lain, di antaranya: Para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja; Mempunyai keadaan terpusat; Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain
5.      Struktur Semua Saluran (Pola Bintang)
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Semua anggota adalah sama dan memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya; Setiap anggota dapat berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya; Dengan struktur ini semua anggota dapat berpartisispasi secara optimal.
 

                                     
 

                                                                                        
 



   Lingkaran                                         Roda


 








Semua Saluran                                           Y
                                                                      
                   
Rantai
Arus Komunikasi Dalam Organisasi
            Pada sebuah organisasi tentu ada pesan atau informasi yang disampaikan dari dan kepada setiap orang yang menjadi anggotanya. Pesan yang disampaikan tersebut bisa disampaikan oleh pemimpin kepada bawahan ataupun sebaliknya. Berikut ini adalah jenis-jenis arus komunikasi dalam organisasi:
  1. Komunikasi ke Atas
Komunikasi ke atas mempunyai arti bahwa informasi atau pesan mengalir dari tingkat hierarki yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Setiap bawahan mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi. Esensi komunikasi ke atas yaitu suatu permohonan atau komentar yang diarahkan kepada individu yang tingkat otoritasnya lebih tinggi. Selain itu jenis komunikasi ke atas mencakup: Kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan (apa yang sedang terjadi pada pekerjaan, seberapa jauh pencapaiannya, apa yang masih harus dilakukan, dsb); Masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan pertanyaan yang belum terjawab; Berbagai gagasan untuk perubahan dan saran-saran perbaikan; Perasaan yang berkaitan dengan pekerjaan mengenai organisasi, pekerjaan itu sendiri, pekerja lainnya, dan masalah yang serupa.
Komunikasi ke atas sangat penting bagi pertumbuhan organisasi dan untuk mempertahankan organisasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, di antaranya: Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya; Komunikasi ke atas memberitahukan kepada manajer kapan bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka; Komunikasi ke atas memungkinkan keluh kesah muncul ke permukaan sehingga manajer tahu apa yang mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi yang sebenarnya; Menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi; Mengijinkan atasan untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah; Membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka dan mempererat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut; Memberikan manajemen umpan balik yang diperlukan mengenai semangat kerja karyawannya dan berbagai ketidakpuasan yang mungkin timbul; Komunikasi ke atas juga membuat bawahan mempunyai rasa memiliki dan merasa sebagai bagian dari organisasi; Memungkinkan manajemen memiliki kesempatan untuk memperoleh berbagai gagasan baru dari para pegawainya.
Hal-hal yang dikomunikasikan ke atasan mencakup: Informasi tentang apa yang dilakukan bawahan seperti: pekerjaan, prestasi, kemajuan, dan rencana-rencana untuk waktu mendatang; Menjelaskan persoalan-persoalan kerja yang belum dipecahkan bawahan yang mungkin memerlukan beberapa macam bantuan; Memberikan saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-unit mereka atau dalam organisasi sebagai suatu keseluruhan; Mengungkapkan bagaimana pikiran dan perasaan bawahan tentang pekerjaan mereka, rekan kerja mereka, dan organisasi.
Meskipun memiliki beberapa kelebihan, komunikasi ke atas juga memiliki kekurangan. Salah satunya adalah pesan yang mengalir ke atas seringkali merupakan pesan yang perlu didengar oleh hierarki yang lebih tinggi lagi. Para pekerja sering enggan mengirim pesan yang negatif karena merasa khawatir mereka akan dianggap sebagai biang keladi.
Pesan yang disampaikan ke tingkat hierarki lebih atas berupa ketidakpuasan karyawan kadang tidak didengar atau ditanggapi oleh manajemen dengan alasan bisa mengganggu produktivitas. Namun apabila pesan itu diabaikan maka para karyawan akan merasa tidak perlu mengirim pesan ke atas. Hal ini akan menyebabkan ketidakpuasan semakin memburuk dan dapat menimbulkan masalah yang lebih besar.
Masalah lain menyangkut komunikasi ke atas adalah manajemen lebih menekankan arus pesan ke bawah, sehingga mengabaikan penerimaan pesan dari bawah. Para manajer yang biasa terlalu banyak menjadi sumber pesan mengakibatkan mereka menjadi pendengar yang kurang baik. Akibatnya para karyawan menjadi enggan untuk melakukan komunikasi ke atas.
  1. Komunikasi ke Bawah
Komunikasi ke bawah berarti pesan atau informasi mengalir dari tingkat hierarki yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Contohnya adalah perintah dari atasan kepada bawahan untuk melakukan hal-hal tertentu. Bersamaan dengan pemberian perintah ini biasanya disertai dengan penjelasan prosedur, tujuan, dsb. Orang yang menduduki posisi atas bertanggung jawab untuk memberi penilaian kepada bawahannya dan memberikan motivasi. Tujuannya adalah demi produktivitas dan kebaikan organisasi secara keseluruhan.
Terdapat lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan ke bawahan, antara lain: Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan, dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, kebijakan dan praktek-praktek organisasi, kinerja pegawai, dan informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission).
Semua anggota organisasi di seluruh tingkat merasa perlu diberi informasi, sehingga kualitas dan kuantitas informasi harus tinggi agar dapat membuat keputusan yang tepat. Aliran informasi dari manajemen puncak yang turun ke tingkat operatif merupakan aktivitas yang berkesinambungan dan sulit. Pemilihan cara menyediakan informasi mencakup tidak hanya pengeluaran sumber daya langsung moneter tetapi juga sumber daya psikis dan emosional. Metode yang digunakan oleh atasan atau tingkat hierarki atas ke bawah antara lain: 1) tulisan; 2) lisan; 3) tulisan diikuti lisan; 4) lisan diikuti tulisan. Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk memilih metode penyampaian informasi kepada tingkat hierarki yang lebih rendah, di antaranya:
1)      Ketersediaan metode-metode dalam organisasi cenderung dipergunakan. Setelah menginventarisasikan metode yang tersedia, organisasi dapat memutuskan metode apa yang dapat ditambahkan untuk suatu program keseluruhan yang lebih efektif.
2)      Biaya, di mana metode yang dinilai paling murah cenderung dipilih untuk penyebaran informasi rutin dan yang tidak mendesak.
3)      Metode yang tampaknya memberi pengaruh atau kesan paling besar sering dipilih daripada metode yang baku.
4)      Relevansi metode dengan dengan tujuan yang ingin dicapai akan lebih sering digunakan.
5)      Respons, di mana metode yang dipilih akan dipengaruhi oleh ketentuan apakah dikehendaki atau diperlukan respons khusus terhadap informasi tersebut.
6)      Keahlian. Artinya, metode yang tampaknya sesuai dengan kemampuan pengirim untuk menggunakannya dan dengan kemampuan penerima untuk memahaminya cenderung digunakan daripada metode yang tampaknya di luar kemampuan komunikator atau di luar kemampuan pemahaman pegawai yang menerimanya.
Kelemahan komunikasi ke bawah adalah manajer tidak mengetahui bagaimana caranya agar pesan mereka dapat dipahami dengan baik oleh bawahan. Hal ini dikarenakan tidak adanya kesamaan bahasa antara atasan dan bawahan yang misalnya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang berbeda.


3.      Komunikasi Horisontal
Komunikasi horisontal adalah penyampaian informasi di antara orang-orang yang berada dalam satu unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama. Pesan atau informasi dapat bergerak di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antarbagian. Komunikasi horisontal memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini membantu organisasi menghindarkan beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya. Selain itu komunikasi horisontal juga membangun semangat kerja dan kepuasan karyawan/anggota organisasi dan membantu mengkoordinasikan berbagai kegiatan di dalam organisasi serta memungkinkan berbagai divisi untuk mengumpulkan pengalaman dan keahliannya.
Salah satu kendala pada komunikasi horisontal adalah bahasa khusus yang dikembangkan oleh divisi tertentu di dalam organisasi. Bahasa semacam itu seringkali sulit dipahami oleh penerima pesan. Masalah lainnya adalah kecenderungan para karyawan dalam organisasi yang terspesialisasi untuk melihat bahwa bidang mereka merupakan satu-satunya yang paling penting dalam menentukan kemajuan dan keberhasilan perusahaan. Komunikasi horisontal efektif untuk pertukaran dan pengumpulan pengalaman dan sumberdaya. Jika hanya terdapat satu tempat promosi dan jika promosi itu didasarkan pada kualitas pekerjaan yang dicapai, maka sulit bagi para karyawan untuk berbagi pengalaman satu dengan lainnya.
4.      Komunikasi Linas Saluran
Komunikasi lintas saluran yaitu informasi yang diberikan melewati batas-batas fungsional atau batas-batas unit kerja, dan di antara orang-orang yang satu sama lainnya tidak saling menjadi bawahan atau atasan. Komunikasi lintas saluran merupakan hal yang pantas, bahkan perlu pada suatu saat, terutama bagi pegawai tingkat lebih rendah dalam suatu saluran. Hal-hal yang harus dipenuhi agar komunikasi lintas saluran tidak mengganggu saluran otoritas dan kehilangan kendali atas aliran informasi antara lain:
1)      Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintasi saluran harus meminta izin terlebih dahulu dari atasan langsungnya. Dalam beberapa kasus izin dapat diberikan dalam bentuk pernyataan kebijakan umum yang menunjukkan keadaan yang membenarkan komunikasi lintas saluran.
2)      Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas saluran harus memberitahukan hasil-hasil pertemuannya kepada penyelianya.
Komunikasi lintas saluran mencakup hubungan lateral yang penting bagi komunikasi organisasi yang efektif. Komunikasi lintas saluran sering dimanfaatkan oleh spesialis staf (staff specialists) karena tanggung jawab mereka muncul di beberapa rantai otoritas perintah dan jaringan yang berhubungan dengan jabatan.
            Selain komunikasi formal seperti yang sudah dijelaskan di atas, dalam suatu organisasi juga terdapat komunikasi informal. Komunikasi informal muncul dari interaksi di antara para anggota organisasi tanpa mengindahkan posisinya dalam organisasi dan lebih bersifat pribadi. Informasi yang mengalir di dalamnya mengalir dengan arah yang tidak terduga dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan. Selentingan digambarkan sebagai metode penyampaian laporan rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat diperoleh melalui saluran biasa.
Prosedur Analisa Jaringan komunikasi
            Analisa jaringan merupakan metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi pada sebuah sistem, di mana data sosiometrik tentang aliran atau pola komunikasi dianalisa dengan penggunaan hubungan interpersonal sebagai unit analisa. Analisa jaringan komunikasi pada organisasi dimaksudkan untuk menetapkan sumber aliran komunikasi interpersonal dan bagaimana struktur formal dan informal berhubungan. Analisa ini dikerjakan dengan:
  1. Identifikasi klik yang ada pada sistem keseluruhan, dan menentukan bagaimana struktur subgrouping ini mempengaruhi perilaku komunikasi pada organisasi. Klik merupakan subkelompok yang para anggotanya saling berhubungan satu sama lain relatif lebih sering dibanding hubungannya dengan anggota lain. 
  2. Identifikasi peran komunikasi khusus seperti liaisons, bridges, dan isolates,
  3. Mengukur indeks structural (integrasi komunikasi dan keterbukaan sistem) bagi individu-individu, klik, atau seluruh sistem.
           
Case Study
            Berikut ini akan dijelaskan mengenai studi kasus analisa jaringan komunikasi. Analisa jaringan komunikasi organisasi yang dilakukan oleh penulis menggunakan contoh organisasi berupa perusahaan pengembang yaitu PT. Putra Agramandala Sakti, dengan memfokuskan kajian pada divisi pertambangan.
Profil PT. Putra Agramandala Sakti
PT. Putra Agramandala Sakti (PT. PAS) yang beralamat di Jl. Lingkar Selatan Kopo Plaza F-5, Bandung, merupakan sebuah perseroan terbatas yang didirikan pada 24 April 1996 oleh Herry Siswanto, SE dan Ivana Septiana. Maksud dan tujuan perusahaan ini adalah berusaha di bidang perdagangan, industri, pembangunan, pengangkutan, pertanian, dan pertambangan. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan PT. PAS dalam mengembangkan usahanya antara lain:
a.       Menjalankan usaha dalam bidang perdagangan umum, termasuk impor, ekspor, interinsulair dan lokal dari segala macam barang dagangan baik atas perhitungan sendiri maupun atas perhitungan pihak lain secara komisi.
b.      Menjalankan usaha dalam bidang bangunan pada umumnya termasuk sebagai pemborong, perencana, penyelenggara, dan pelaksana pembuatan gedung, rumah, jalan, jembatan, landasan, dam-dam, irigasi dan pertamanan serta pemasangan instalasi-instalasi listrik, gas, air leideng dan telekomunikasi.
c.       Menjalankan usaha dalam bidang pengangkutan darat (transportasi) pada umumnya baik untuk pengangkutan penumpang maupun barang.
d.      Menjadi grossier, leveransir, supplier, dealer, distributor dan keagenan/perwakilan dari perusahaan-perusahaan dalam maupun luar negeri dari segala macam barang dagangan.
e.       Menjalankan usaha dalam bidang perkebunan, pertanian, kehutanan, pertambangan, peternakan, perikanan dan pertambakan termasuk pembibitan dan budidaya udang.
f.       Menjalankan usaha dalam bidang perindustrian pada umumnya termasuk pabrik-pabrik, home industry, dan kerajinan tangan serta memasarkan hasil-hasil produksinya.
g.      Menjalankan usaha dalam bidang perbengkelan pada umumnya termasuk pemeliharaan dan perawatan (maintenance) untuk segala macam kendaraan bermotor.
h.      Menjalankan usaha dalam bidang jasa dan konsultasi pada umumnya termasuk teknik engineering kecuali jasa dan konsultasi di bidang hukum.
Salah satu divisi pada PT. Putra Agramandala Sakti adalah divisi pertambangan. Divisi ini menjalankan tugas sebagai pengelola kegiatan penambangan, khususnya penambangan pasir. Bagian-bagian yang terlibat dalam divisi ini secara langsung bertanggung jawab kepada direktur utama sebagai pemegang saham. Namun pelaksanaan di lapangan dikelola atau diawasi secara langsung oleh direktur. Kegiatan yang dilakukan oleh divisi pertambangan antara lain membangun sarana dan prasarana (infrastruktur) kegiatan penambangan, melakukan kerja sama dengan pihak pemerintah atau swasta dalam melakukan penambangan, melakukan penambangan, memasarkan hasil tambang, dan lain-lain.




STRUKTUR ORGANISASI
PT. PUTRA AGRAMANDALA SAKTI
Direktur Utama
 

Direktur
 
 

 











Adapun pemegang jabatan pada strukur organisasi PT. PAS antara lain:
Direktur Utama                       : Herry Setiawan, SE
Direktur                                   : Drs. H. Moechtarom, SK
Pelaksana Administrasi           : Moh. Fauzi
Pelaksana Lapangan 1             : Johan Arifin
Pelaksana Lapangan 2             : Moh. Torik
Operator 1                               : Darsim
Operator 2                               : Sawid
Mekanik                                  : Carsam
Job Description:
1.      Direktur Utama berwenang untuk memberikan instruksi-instruksi pekerjaan dan bersama direktur membuat program kerja kepada direktur dan menerima laporan hasil pekerjaan dari direktur. Direktur utama juga berkewajiban menyediakan dana untuk digunakan sebagai sumber keuangan divisi pertambangan.
2.      Direktur bertugas memberikan arahan kepada para pegawai di level yang lebih rendah sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan, serta meminta laporan hasil pekerjaan. Direktur juga bertanggung jawab atas semua pekerjaan di lapangan, termasuk mengenai pengaturan keuangan.
3.   Pelaksana administrasi bertugas membuat pembukuan mengenai pembelian sarana dan prasarana terkait pekerjaan di lapangan dan membukukan arus kas masuk. Pelaksana administrasi juga bertugas melakukan kegiatan adminstratif (surat menyurat) apabila diperlukan.
4.   Pelaksana lapangan 1 bertugas mengatur dan mengawasi kegiatan penambangan di daerah tambang dan melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan oleh para pekerja lain kepada direktur.
5.  Pelaksana lapangan 2 bertugas mengatur dan mengawasi pembuatan infrastruktur seperti jalan dan tempat tinggal bagi para pekerja.
6.  Mekanik bertugas memperbaiki alat-alat berat yang mengalami kerusakan dan mengontrol secara periodik alat berat yang digunakan.
7.  Operator bertugas mengoperasikan alat berat.

Analisa Jaringan Komunikasi PT. PAS
Dalam menganalisa jaringan komunikasi pada PT. PAS digunakan wawancara sebagai metode untuk mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan jaringan komunikasi. Sumber informasi untuk mendapatkan data dalam analisa jaringan adalah para pemegang jabatan pada struktur organisasi yang tertera di atas melalui tatap muka secara langsung maupun menggunakan media seperti telepon. Data yang diperoleh dipetakan menjadi matriks berikut ini:

Dirut
Dir
P.Adm
P.Lap 1
P.Lap 2
Mek
Op 1
Op 2
Dirut
-
V






Dir
V
-
V





P.Adm

V
-





P.Lap1

V

-




P.Lap 2

V


-



Mek

V



-


Op 1

V




-

Op 2


















Oval: dirutBerdasarkan matriks tersebut, jaringan komunikasi di PT. PAS dipetakan menjadi sebagai berikut:
Oval: dir
Oval: p.
lap 1
Oval: p.
lap 2
   
 




Oval: MekOval: Op 1
 




Keterangan:
Dirut    : Direktur Utama
Dir       : Direktur
P.Adm : Pelaksana Administrasi
P.Lap 1: Pelaksana Lapangan 1
P.Lap 2: Pelaksana Lapangan 2
Mek     : Mekanik
Op 1    : Operator 1
Op 2    : Operator 2
Op 3    : Operator 3

            Berdasarkan peta sosiometrik dapat kita amati siapa yang lebih sering terlibat dalam komunikasi dalam organisasi. Terdapat dua orang yang mempunyai intensitas tinggi dalam melakukan komunikasi, yaitu direktur dan pelaksana lapangan 1. Direktur utama lebih sering berkomunikasi dengan direktur saja. Sedangkan pelaksana administrasi dan pelaksana lapangan 2 lebih sering berkomunikasi dengan anggota kliknya. Pelaksana lapangan 1 berkomunikasi hampir dengan semua anggota organisasi, namun tidak sering berkomunikasi dengan direktur utama. Mekanik berkomunikasi dengan direktur, para operator, dan pelakasana lapangan 1. Hal ini memang disebabkan oleh kepentingan dalam berkomunikasi. Mekanik lebih sering berkomunikasi dengan para operator karena pekerjaan mengharuskannya berlaku seperti itu. Namun hal ini juga tidak sepenuhnya efektif, karena mekanik seharusnya juga lebih intens berkomunikasi dengan anggota lainnya.
            Anggota organisasi yang sedikit mengadakan komunikasi adalah pelaksana administrasi dan pelaksana lapangan 2. Pelaksana administrasi mendapatkan informasi hanya dari direktur, pelaksana lapangan 1, dan pelaksana lapangan 2. Hal ini akan menjadikan aliran informasi menjadi tidak efektif karena pelaksana administrasi menduduki posisi yang cukup penting terkait dengan pembukuan semua sarana dan prasarana yang dimiliki oleh perusahaan. Seharusnya pelaksana administrasi lebih sering berinteraksi dengan anggota organisasi lainnya sebagai bentuk cross check antara pembukuan dengan kenyataan di lapangan. Sehingga data yang dibukukan akan lebih akurat.
            Direktur utama sebagai pemimpin puncak pada PT.PAS Divisi Pertambangan juga sangat sedikit melakukan komunikasi dengan anggota lainnya. Sumber informasi utama bagi direktur utama hanya direktur. Hal ini juga berlaku bagi anggota lain. Konsekuensinya adalah direktur memikili beban komunikasi yang berat, karena semua informasi dari bawahannya diterima oleh direktur sendiri. Dengan kata lain aliran informasi organisasi terblok pada satu orang saja. Hal ini akan menyebabkan aksesibilitas para anggota satu dengan yang lainnya rendah, karena informasi dialirkan oleh direktur saja. Meskipun menurut keterangan yang diperoleh dari hasil wawancara, tidak semua informasi hanya dialirkan kepada direktur saja. Namun apabila terjadi masalah, akan cepat tertangani karena tidak banyak pihak yang terlibat dalam pembuatan keputusan. Keputusan yang dibuat oleh direktur didiskusikan terlebih dahulu dengan direktur utama dan anggota lain yang terkait.
            Gambar peta sosiometrik juga menunjukkan bagaimana aliran informasi PT.PAS divisi pertambangan. Apabila dilihat dari aliran informasi dan bagian-bagian yang menempati struktur jaringan komunikasi, maka PT.PAS mempunyai struktur roda. Hal ini dikarenakan adanya anggota dalam struktur organisasi yang menempati posisi sentral sebagai penerima informasi dari semua anggota organisasi lainnya. Anggota organisasi ini juga sekaligus berperan sebagai  penyebar informasi ke bagian-bagian lain. Secara keseluruhan posisi ini ditempati oleh direktur. Dari gambar juga bisa dilihat bahwa terdapat dua klik. Pertama ditempati oleh Dir, P.Lap 1, .Lap 2, dan P.Adm. Klik kedua mempunyai anggota Dir, Op 1, Op 2, Op 3, dan Mek. Masing-masing anggota klik (baik klik 1 dan 2) dapat berhubungan satu sama lain tanpa melalui penghubung. Dari gambar kita juga bisa melihat bahwa direktur menempati posisi sebagai penjaga gawang (gate keeper) yang berperan sebagai pengendali arus informasi yang disebarkan melalui sistem.
            Dari gambar kita juga dapat melihat adanya penyendiri, yaitu seseorang yang hanya melakukan sedikit mengadakan kontak dengan anggota kelompok lainnya. Posisi ini ditempati oleh direktur utama yang hanya berkomunikasi dengan direktur. Menurut keterangan yang diperoleh dari sumber informasi, direktur utama memang bukan tidak sama sekali melakukan kegiatan komunikasi dengan anggota kelompok lainnya, namun apabila ada hal yang sangat penting, direktur utama akan mengadakan komunikasi dengan yang terkait.
            Jembatan ditempati oleh pelaksana lapangan 1. Hal ini bisa kita lihat dari intensitas komunikasi yang dilakukannya. Pelaksana lapangan 1 memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam kontak antarkelompok bila dibandingkan dengan anggota lainnya. Misalnya, pelaksana lapangan 1 mangadakan komunikasi dengan direktur dan anggota klik lainnya (mekanik, operator 1, operator 2, operator 3). Hal ini tidak dilakukan oleh anggota lainnya yang melakan komunikasi hanya dengan direktur maupun dengan anggota sesama klik.
            Komunikasi ke atas pada PT. PAS dapat dilihat dari proses penyampaian pesan dan informasi dari bawahan yang bisa disalurkan secara langsung kepada atasan tanpa harus menunggu perintah ataupun aliran informasi dari atasannya. Hal ini berlaku pada hubungan komunikasi antara direktur utama dengan direktur. Direktur dapat sewaktu-waktu menghubungi atau mengalirkan informasi kepada direktur utama, baik secara periodik maupun komunikasi harian. Begitu juga dengan pegawai pada tingkat hierarki yang lebih rendah. Namun tidak semua bawahan dapat mengalirkan informasi ke direktur utama. Apabila terdapat hal-hal yang akan disampaikan kepada direktur utama, semua bawahan dapat mengalirkan informasi melalui direktur. Hal ini tidak hanya disebabkan intensitas hubungan komunikasi mereka yang rendah saja tetapi juga secara struktur, direktur berwenang untuk mendapatkan informasi secara langsung dari bawahannya. Informasi yang didapat oleh direktur dari bawahan akan disampaikan ke direktur utama apabila direktur merasa informasi itu memang perlu untuk disalurkan. Begitu juga apabila direktur utama akan menyampaikan hal-hal penting kepada para bawahan. Pengaliran informasi dari direktur utama kepada para bawahan juga melalui direktur, tidak secara langsung menghubungi atau menanyakan kepada para bawahan secara perseorangan. Hal ini sekaligus menegaskan posisi direktur sebagai penjaga gawang (gate keeper) karena berwenang mendapatkan dan menerima serta menyebarkan informasi dari seluruh anggota organisasi.
            Arus komunikasi pada PT. PAS juga merupakan komunikasi ke bawah. Hal ini bisa dilihat dari adanya aliran informasi dari tingkat hierarki yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Namun seperti halnya komunikasi ke atas PT. PAS, pihak bawahan hanya memberikan informasi dan pesan kepada direktur. Informasi dari direktur kemudian dialirkan ke tingkat hierarki yang lebih rendah. Apabila terdapat hal-hal penting yang harus disampaikan oleh direktur utama kepada bawahan, direktur utama secara langsung menghubungi para bawahan dengan melalui direktur terlebih dahulu, dan oleh direktur dihubungkan kepada para bawahan. Namun hal ini jarang terjadi, dan terjadi apabila ada permasalahan yang benar-benar penting dan mendesak. Jadi sumber informasi utama pada PT. PAS tetap saja direktur. Tingkat hierarki yang lebih rendah memperoleh pesan dan informasi dari direktur.
            Pada PT. PAS juga terdapat komunikasi horizontal. Hal ini terutama terjadi pada struktur hierarki tingkat bawah. Misalnya komunikasi yang dilakukan oleh pelaksana administrasi dengan pelaksana lapangan untuk menghasilkan koordinasi yang efektif. Komunikasi ini terkait dengan kegiatan administratif berupa pembukuan pembayaran dan pembelanjaan yang dilakukan oleh para pekerja di lapangan yang dikelola oleh pelaksana lapangan. Begitu juga komunikasi yang terjadi di antara mekanik dan para operator. Hal ini dilakukan terkait dengan pekerjaan penambangan di lapangan dan apabila terjadi kerusakan pada alat-alat yang digunakan dalam penambangan. Sehingga tercipta koordinasi yang baik dan dapat dengan cepat masalah yang dihadapi.
            Komunikasi lintas saluran juga terdapat pada PT. PAS. Hal ini bisa dilihat pada komunikasi yang dilakukan antara pelaksana lapangan dengan operator. Komunikasi lintas saluran tersebut dilakukan sebagai bentuk koordinasi kerja agar apa yang dilakukan masing-masing bagian sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Misalnya apabila ada kerusakan pada mesin atau alat berat, operator segera memberitahukan kepada pelaksana lapangan agar pekerjaan di lapangan tidak terganggu akibat rusaknya alat berat.