Friday, April 13, 2012

jockey a la akademisi


Joki karya ilmiah, profesi yang cukup menggiurkan

            Kontroversi mengenai publikasi karya ilmiah sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana tingkat S1, S2, dan S3 berdampak pada beberapa hal. Ada yang positif dan ada yang negatif. Dampak positif yang bisa kita lihat adalah bisa meningkatkan kemampuan dan kualitas lulusan perguruan tinggi. Sedangkan dampak negatif yang timbul salah satunya adalah memicu lebih banyak lagi kemunculan joki karya ilmiah. Meskipun sebelum adanya peraturan DIKTI mengenai publikasi karya ilmiah, praktek joki tersebut sebenarnya sudah banyak kita temui di masyarakat. Lalu sebenarnya, bagaimanakah praktek joki karya ilmiah ini? Saya akan membahasnya di tulisan ini, dengan fakta dan data yang saya dapatkan melalui penelitian sederhana.

Tentu kita sudah tidak asing mendengar istilah joki. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah joki  memiliki beberapa arti, di antaranya: 1) penunggang kuda pacuan,
2) pengatur lagu yang menangani mesin perekam lagu atau piringan hitam,
3) orang
  yang mengerjakan ujian untuk orang lain dengan menyamar sebagai peserta ujian yang sebenarnya dan menerima imbalan uang. 

Istilah joki saat ini bisa dikatakan sebagai suatu profesi yang bisa menghasilkan pendapatan, dan bahkan dijadikan sebagai salah satu bidang bisnis.

Profesi joki  tulisan/karya ilmiah seperti skripsi, tesis, dan disertasi ternyata sudah ada sejak lama. Salah satu narasumber yang dulu pernah berprofesi sebagai joki (sebut saja Alex) menyebutkan bahwa dirinya sudah memulai praktek joki karya ilmiah sejak tahun 1974. Saat itu Alex adalah mahasiswa di sebuah perguruan tinggi yang cukup terkemuka di Sumatera. Alex menawarkan jasa pembuatan karya ilmiah kepada teman-temannya dengan mematok biaya sesuai dengan tingkat kesulitan dan jenis karya ilmiah. Misalnya saja untuk makalah sebesar Rp. 5.000,- sedangkan biaya skripsi sebesar Rp. 80.000. Biaya tersebut sudah mencakup semua bab dalam skripsi, mulai dari proposal hingga kesimpulan. Menurutnya, menjadi joki bisa menambah kemampuan dirinya dalam menulis. “Saya suka nulis, saya rajin belajar...ya saya komersialkan”, ungkap Alex. Penghasilan dari profesi sebagai joki juga membuat dirinya merasa sangat berkecukupan dan bahkan bisa menonton konser di Jakarta dengan menggunakan pesawat. Berdasarkan penuturan Alex, dulu memang sudah banyak mahasiswa yang berprofesi sebagai joki. Bahkan yang lebih mengejutkan, dosen pembimbing juga ada yang merangkap sebagai joki tulisan mahasiswanya. “Saya juga pernah menangkap bahwa dosen pembimbing malah yang mengerjakan”, ujar Alex.
            
             Saat ini kita banyak menjumpai praktek joki dan dapat dengan mudah kita lacak melalui internet. Pengerjaan skripsi maupun karya ilmiah lain sudah bukan merupakan hal yang memusingkan bagi mahasiswa. Sangat praktis dan sederhana karena transaksi dilakukan melalui telephone dan email tanpa harus bertemu dengan joki. Yang penting sediakan uang yang cukup banyak, mengingat biaya pembuatan karya ilmiah tidaklah sedikit. Berdasarkan penulusan yang saya lakukan, ada beberapa website berisi iklan yang menawarkan jasa pembuatan karya ilmiah. Hanya dengan memasukan key word “jasa pembuatan skripsi” di situs searching engine maka Anda akan menemui banyak sekali jasa pembuatan karya ilmiah dengan metode dan biaya yang beragam.

Penyedia jasa pembuatan skripsi dengan terang-terangan memasang iklan dan memiliki website seperti perusahaan profesional yang terorganisir. Dalam website salah satu joki disebutkan bahwa pengguna jasa bisa memilih bab yang akan dikerjakan. Misalnya jika ingin proposal saja maka penyedia jasa akan mengerjakan hanya proposal saja. Jadi tidak harus semua bab. Mengenai sistem pembayaran, pengguna jasa harus mentransfer sejumlah uang sebelum pengerjaan, yaitu Rp. 600.000 per bab. Sedangkan materi karya ilmiah seperti judul, data, maupun apa saja yang diinginkan oleh pengguna jasa bisa dikirim via email. Dalam website lainnya disebutkan bahwa biaya pengerjaan skripsi berkisar antara Rp. 350.000 – Rp. 750.000, sedangkan biaya untuk tesis antara Rp. 500.000 – Rp. 1.250.000, dan disertasi antara Rp. 750.000 – Rp. 2.500.000,-.

Saya mendapatkan informasi dari penyedia jasa pembuatan karya ilmiah tidak terbatas pada lokasi yang berjauhan. Sebut saja Mira. Mira adalah salah satu joki karya ilmiah yang menawarkan jasa konsultasi dan pembuatan skripsi baik untuk penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Meskipun Mira berada di Yogyakarta, namun kliennya tidak terbatas pada mahasiswa di daerah Yogyakarta saja. Jika ingin menggunakan jasanya, klien tinggal mengirimkan judul dan data penelitian melalui email. Mengenai biaya Mira menyebutkan, “Rp. 2.500.000 dari proposal sampai kesimpulan. Tidak nego ya”. Sedangkan khusus untuk jurusan Teknik, Akuntansi, dan Kedokteran dipatok biaya sebesar Rp. 2.700.000,-. Selain itu Mira menyebutkan bahwa waktu pengerjaan karya ilmiah disesuaikan dengan tema dan tingkat kesulitan yang dihadapi. Untuk pengerjaan proposal biasanya 10 hari, sedangkan pembahasan dan kesimpulan sekitar 2 sampai 3 minggu.
            
            Ada juga joki yang mematok harga yang cukup tinggi. Salah satunya adalah Wildan (nama samaran). “Biasanya sih 5 juta..”, begitu ungkap Wildan. Biaya yang cukup tinggi ini menurutnya dikarenakan jenis karya ilmiah yang dikerjakan olehnya cukup berkualitas, tidak ada unsur plagiat. Berlokasi di Depok, Wildan tidak membatasi kliennya dari wilayah Depok saja, tetapi banyak juga yang berasal dari luar kota.

Dengan penghasilan yang didapat oleh para joki tulisan ilmiah ini bisa dikatakan bahwa joki adalah profesi yang cukup menjanjikan. Peminat pengguna jasa pembuatan karya ilmiah tidak pernah turun dan bahkan semakin meningkat. Peningkatan peminat pengguna jasa berkisar antara bulan Mei hingga Agustus dengan jumlah minimal 10 orang dan bisa mencapai 30 orang per bulan. Bisa dibayangkan, berapa penghasilkan joki tulisan ilmiah dalam sebulan. Anggap saja satu klien membayar  5 juta, jika klien berjumlah 10 orang berarti dalam sebulan Wildan bisa mengantongi 50 juta. Sangat menakjubkan bukan? Menjadi joki memang menggiurkan, tetapi tentu ada hal-hal yang harus dipertimbangkan (seperti moral dan pertanggungjawaban setelah kita memasuki kehidupan yang sesungguhnya di akhirat nanti), because life is a choice.

No comments:

Post a Comment